Ulang tahun ke-67

ULANG tahun, bagi Tahi Bonar Simatupang, tak berarti acara meniup lilin atau memotong tumpeng. Bukan maksudnya bekas Kepala Staf Angkatan Perang di masa revolusi fisik ini lalu minta obor untuk ditiup. Tapi ulang tahun selalu, "Dirayakan dengan makan bersama di rumah, tanpa ada undangan." Untuk ulang tahun Pak Sim kali ini, yang ke-67, Rabu pekan lalu, ada yang lain. Begitu masuk ke kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, ia kaget. Pihak UKI rupanya sudah menyediakan karangan bunga mungil untuknya. Bukan itu saja. Paduan suara mahasiswa langsung saja menyambut kedatangan Ketua Yayasan UKI itu dengan Happy Birtbday to You. "Saya berbahagia sekali," ujar Pak Sim. "Tapi saya ke sini bukan untuk merayakan ulang tahun, saya harus memberikan kuliah umum." Dan kuliah pagi itu, melihat judulnya, juga agak istimewa. Yaitu "Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila, Dari Buntut dalam GBHN 1983 Menjadi Jantung dalam GBHN 1988." Kok ada buntutnya? "Ya, biar agak provokatif, biar orang terkejut, gitu," jawab Pak Sim. Memang ada riwayat bila Ketua Yayasan UKI, yang lupa kapan dia diangkat itu, seperti menjauhi pesta ulang tahunnya. "Tahun 1949, pada hari ulang tahun saya, beberapa teman ingin membuat perayaan. Ada Kolonel Latief, ada Kolonel Suhud, dan banyak lagi. Begitu dirayakan, Belanda menyerbu. Jadi, ulang tahun saya itu dirayakan dengan melawan serbuan Belanda," tuturnya. Tapi, Pak, di zaman sekarang, siapa yang akan menyerbu kalau Pak Sim memotong tumpeng?