Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Kombes Nurul Azizah: Polwan Mendapat Kesempatan Seluas-luasnya

Komisaris Besar Nurul Azizah adalah polisi wanita pertama yang menjadi juru bicara Mabes Polri. Bagi Kombes Nurul, tugasnya kali ini merupakan tantangan yang paling seru dibanding penugasan sebelumnya.

10 Juli 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Nurul Azizah di Mabes Polri, Jakarta, 8 Juli 2022. TEMPO/Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepolisian RI baru saja menyegarkan organisasinya. Salah satu pejabat yang berpindah tempat adalah Komisaris Besar Nurul Azizah. Ia menjadi Kepala Bagian Penerangan Umum di Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri. Sebelumnya, ia menjabat Kepala Prodi S-3 Ditprog Pascasarjana STIK Lemdiklat Polri. Menduduki jabatan baru menjelang Hari Bhayangkara 2022, Nurul menjadi polisi wanita pertama yang mengisi posisi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Praktis, kesibukannya pun bertambah karena harus selalu siaga mengelola informasi dan menyampaikannya kepada awak media. Jumat lalu, 8 Juli 2022, misalnya, Nurul mendampingi atasannya, Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan, melakukan konferensi pers tentang upaya kepolisian mengungkap dugaan penyalahgunaan dana umat oleh yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seusai konferensi pers, beberapa polwan mengajak Nurul berfoto. Setelah itu, ia mengajak Dian Yuliastuti dan fotografer Febri Angga Palguna dari Tempo berbincang di ruangannya. Sejumlah berkas terlihat menumpuk di samping kanan mejanya. Sepiring buah yang terdiri atas apel, anggur, nanas, dan apel berada di mejanya, bersanding dengan satu stoples kacang atom dan dua stoples kue-kue kecil lain. Makanan itu menjadi camilan di sela kesibukannya.

Di sela wawancara, Nurul masih menyempatkan memberi arahan koreksi beberapa berkas kepada stafnya. "Terbiasa mengoreksi di kampus," ujarnya sambil tersenyum.

Nurul mengisahkan perjalanannya sebagai salah satu polisi wanita yang berhasil mencapai karier tinggi di lingkungan Polri. Namun penugasan kali ini berbeda dari sebelumnya, yang lebih banyak berurusan dengan bidang administrasi, perencanaan, dan pendidikan. Bidang kehumasan dan menjadi juru bicara Polri merupakan hal baru baginya. "Ini tantangan yang paling seru dibanding penugasan sebelumnya," kata Nurul.

Air mata Nurul sempat menggenang di pelupuk mata ketika mengingat pengorbanan kedua orang tuanya yang mendukungnya menjadi seorang polisi. Nurul juga bercerita tentang buku hingga makanan kesukaan yang selalu ia sempatkan cari jika pulang kampung. Berikut ini petikannya.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri Kombes Pol Nurul Azizah (kiri) dan Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan di Gedung Divisi Humas Polri, Jakarta, 8 Juli 2022. Dok Humas Polri

Apakah Anda kaget mendapat kepercayaan menduduki jabatan kehumasan? Apakah Anda sebelumnya sudah diberi tahu?

Tidak kaget, ya, dan tidak diberi tahu lebih dulu. Begitu TR (Telegram) muncul, ternyata ada nama saya. Jadi, ya, sudah, langsung melanjutkan tugas. Tapi kemarin masih bolak-balik di tempat lama.

Sebelumnya, Anda menjabat Kepala Program Studi S-3 Ditprog Pascasarjana STIK. Apa saja terobosan Anda di sana?

Sebetulnya di sana tidak lama, cuma setahun. Waktu prodi S-3 itu berdiri, saya bantu-bantu merekrut dosen-dosen dari universitas ternama juga. Lalu bikin sistem penyelenggaraan pembelajaran berbasis web. Ya, terinspirasi dari learning management system (LMS) juga sebenarnya. Mengapa ini penting? Karena meminimalkan pelanggaran integritas. Secara teknis, sistem pembelajaran ini terus diperbarui. Memang tidak mudah mengalihkan dari sistem konvensional ke sistem berbasis teknologi. Saya belajar banyak juga dari mentor, staf, dan berlatih. Coaching soal metodologi penulisan sains dan jurnal untuk pembuatan disertasi. Lalu coaching bilingual Inggris-Indonesia untuk pengembangan kapasitas mahasiswa.

Anda sebelumnya banyak bertugas di bidang perencanaan. Apa saja yang Anda tangani?

Kalau infrastruktur, fisik, ya, sesuai dengan kebutuhan kalau ada kerusakan dan pemeliharaan. Kalau perkembangan organisasi, mengikuti perkembangan yang ada. Adapun untuk pengembangan kapasitas sumber daya manusia, pasti lewat bidang sumber daya manusia. Sesuai dengan kebutuhan di level masing-masing, juga sesuai dengan program pendidikan dan latihan.

Anda juga terlibat dalam pembentukan puluhan kepolisian resor baru. Seperti apa prosesnya?

Ya, ketika itu, saya masih di kelembagaan kewilayahan. Kala itu, ada 32 polres, yakni 20 polres baru dan 12 lainnya itu perubahan tipe. Ada yang berubah tipe, seperti dari tipe C ke B atau B ke A. Itu berdasarkan pengajuan. Kami memeriksa persyaratannya. Kami harus melihat dari delapan dimensi serta 42 indikasi dari penghitungan beban kerja dan kinerja. Wah, itu luar biasa sekali. Dalam waktu yang singkat, hampir bersamaan prosesnya. Kemudian kami ajukan ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).

Membutuhkan ekstra tenaga dan pikiran, ya?

Itu kan sudah menjelang tahun baru, ya. Kami bekerja maraton dengan aturan baru. Ketika itu, kami masih mencari format bersama antara Polri dan Kementerian PANRB. Padahal saat itu saya sedang cuti. Tapi akhirnya tidak jadi cuti. He-he-he. Kemudian itu ditetapkan pada Februari 2019. Dengan tanggung jawab yang ada, ya, berpikir positif saja. Banyak pekerjaan itu amanah, tanggung jawab. Kalau tidak ada pekerjaan, malah sakit. He-he-he. Tiap minggu juga harus lihat kelayakan, lalu bikin laporan dan bikin persiapan ke lapangan untuk pekan berikutnya.

Lalu bagaimana dengan peningkatan kapasitas para anggota di lapangan, termasuk ketika harus berhadapan dengan massa dan menghindari kekerasan?

Sudah ada SOP-nya (prosedur operasi standar) sebenarnya. Kalau ada pelanggaran di lapangan, ya, diberi sanksi. Sebelum mereka turun ke lapangan, kan ada arahan dari pemimpin, baik secara lisan maupun aturan tertulis. Jika situasi berkembang di lapangan, mereka harus bisa menahan diri. Tahan emosi dari keadaan yang bisa berkembang.

Bagaimana dengan unit layanan khusus untuk anak dan perempuan? Apakah ada anggota yang belum berperspektif korban?

Secara khusus, ada unit khusus untuk anak dan perempuan, harus dilakukan oleh polwan. Saat ini sudah dilakukan penguatan dan pendampingan. Jadi, anggota Polri (petugas laki-laki) didampingi polwan supaya hal-hal yang bersifat tidak empati bisa diminimalkan. Ada pula pendidikan kejuruan tentang unit khusus pelayanan perempuan dan anak. Untuk seluruh polres sudah ada.

Oh, iya, apakah Anda memutuskan menjadi polwan karena tinggal di dekat sekolah polisi negara (SPN) di Banyubiru?

Sebetulnya, itu malah tidak ada pengaruhnya. Dulu itu kan keisengan anak SMA, sama sahabat saya diajak. Yuk, masuk jadi polwan. Kebetulan ayah sahabat saya ini juga polisi. Tapi sebenarnya saya pingin jadi dokter. Tapi karena kondisi ekonomi, kami orang kampung juga, bapak pinginnya saya jadi perawat. Kemudian saya coba mendaftar di kepolisian, ternyata masuk. Dulu, saat ikut pendaftaran, prosesnya di Semarang, kemudian pendidikan di Jakarta. Malah jadinya saya diterima dan bisa mengabdi kepada negara. 

Bagaimana perjuangan saat Anda masuk kepolisian?

Saya nothing to lose saja, hanya orang kampung. Sering lihat di SPN ada pendidikan polisi. Lalu tahu ada tes yang disyaratkan. Kemudian saya belajar berenang, berlatih fisik lari, push up, dan sit up. Kalau soal tes pengetahuan, ya, dari pelajaran saja. Datang, ikut tes. Kalau untuk syarat fisik, kebetulan saat itu sudah memenuhi syarat, tinggi badan 163 cm dan berat badan 49 kilogram. Ketika itu masih langsing, ya. Ha-ha-ha. Sahabat saya malah tidak ikut daftar karena kurang memenuhi persyaratan.

Apa yang paling berkesan dari perjuangan Anda saat itu?

Itu pengorbanan orang tua (romannya berubah haru, matanya berkaca-kaca). Kami kan hanya punya sepeda motor, tidak ada mobil. Jadi, bapak yang selalu mengantar saya ke Terminal Ambarawa untuk naik bus ke Semarang sehabis subuh. Ibu selalu kasih bekal, bikin roti isi pisang dan vitamin. Kalau pulangnya, dari Semarang masih ada angkot ke Banyubiru. Jadi, bapak tidak menjemput. Itu saat proses pendaftaran, mau masuk, sekitar tiga bulan. Meski tidak setiap hari, itu rasanya cukup mengesankan. Apalagi saat itu banyak rumor bahwa mau masuk kepolisan bikin orang tua ngenes. Ternyata saya bisa diterima dan membuktikan dengan kemampuan saya.

Saat ini, ada berapa banyak polwan di seluruh Indonesia?

Kalau keseluruhan kurang-lebih 37 ribu. Polisi laki-laki sekitar 400 ribu. Perbandingannya, ya, sekitar 5 persen.

Berapa banyak yang menjadi perwira tinggi dan menengah?

Yang pati sekarang tinggal dua orang, itu pun sudah akan pensiun. Kalau yang berpangkat kombes, sekarang ada 64 orang, AKBP 400 orang, dan kompol sekitar 900 orang.

Mengapa belum banyak perwira tinggi dari polwan?

Kalau dari SDM, saya kira sudah mulai banyak. Sekarang pemimpin sudah memberi kesempatan seluas-luasnya kepada polwan untuk menduduki jabatan-jabatan penting. Lalu didukung peraturan Polri tentang pengarusutamaan gender. Ada yang di PJU (pejabat utama), wakapolda, widya iswara, kapolres, dan kapolsek. Pengembangan kapasitas juga sudah tidak dibatasi. Ada pendidikan diklat kepemimpinan. Kami mempunyai kesempatan yang sama. Mau sekolah juga dipersilakan.

Anda suka belajar, bahkan sampai meraih gelar doktor...

Saya masuk pendidikan kebetulan dapat beasiswa terus. Sekolah dinas D-3, lalu S-1, S-2. Barulah untuk S-3 biaya sendiri. Kesempatannya ada. Jadi, saya ini angkatan yang beruntung. Saat itu, ada kesenjangan, ya. Perlu polwan banyak. Nah, yang masih ada ini sudah menjelang pensiun. Lalu ada program D-3 itu. Saya ikut di sana untuk menyambung generasi yang sudah mau pensiun. Saya dari bintara Polri. Waktu itu belum ada Akademi Polisi (Akpol) untuk perempuan. Setelah 2-3 tahun, Akpol buka untuk perempuan.

Bagaimana cara Anda membagi waktu tugas yang cukup banyak?

Memang naik-turun, ya. Saya tidak bisa berpangku tangan, harus segera menyesuaikan diri dengan tugas baru. Biasanya saya, anggota senior, dan staf berbagi pengalaman. Implementasinya bagaimana. Switch mental juga.

Bagaimana dengan tugas baru di bidang humas ini?

Itu begitu juga. Dalam dua pekan ini, saya betul-betul mulai dari nol. Banyak hal baru yang harus segera saya tahu. Ini paling menantang, tidak seperti tugas sebelumnya. Saya dasarnya kan dari perencanaan selama 13 tahun. Sudah tahu cara kerjanya bagaimana, apa saja yang harus ditangani. Itu dilakukan sejak saya berpangkat letnan dua. Sekarang harus belajar soal komunikasi, berhadapan dengan wartawan, berita-berita, atau informasi yang harus diperbarui.

Soal waktu, bagaimana? Apakah saat ini harus selalu siap siaga?

Soal waktu, bagi saya, karena tugas itu tidak ada halangan. Harus segera diselesaikan. Di rumah pun juga on call. Tapi saat ini sedang dalam penyesuaian, melihat ritmenya bagaimana. Jadi, agak overthingking. Ini dari kemarin-kemarin sudah banyak pertanyaan juga dari kawan-kawan wartawan. He-he-he. Kalau dulu, pulang bawa tumpukan buku. Sekarang berbeda.

Apakah Anda sering pulang kampung menengok orang tua?

Oh, iya, kemarin kebetulan ada kegiatan. Saya sempatkan mampir pulang. Dalam beberapa waktu terakhir ini, banyak acara ke Jawa Tengah, Yogyakarta, jadi bisa mampir sebentar. Meski cuma sejam, kalau ada waktu, bisa pulang. Senang bisa nengok. Orang tua juga senang.

Hal apa saja yang dilakukan kalau sempat mampir pulang di sela tugas?

Paling ngobrol saja. Ngobrol ngalor-ngidul sama orang tua atau makan. Biasanya, sebelum sampai, saya di jalan pesan makanan atau jajanan kenangan waktu SMA. Ada es teler atau kue putu dan klepon.

Sekarang kan makin sibuk, apakah ada resep menjaga kebugaran?

Sejak 2008, saya mengurangi makan nasi dan gula. Itu saya putuskan setelah saya dari Jepang, ada studi sebentar tentang sistem kepolisian. Di sana, saya lebih sering makan roti. Alasannya sebenarnya simpel, tidak usah cari lauk. He-he-he. Tapi jauh hari sebelumnya, sebenarnya sejak kecil tidak terbiasa sarapan nasi juga. Ibu biasanya bikin kue atau roti.

Seberapa sering Anda makan nasi?

Sekarang paling makan nasi kalau lagi kepingin. Bisa seminggu atau dua minggu sekali. Itu berpengaruh ke badan, ya. Itu yang saya rasakan. Minum pun juga teh tawar. Godaannya itu kalau ada teman ngajak makan. He-he-he.

Bagaimana dengan olahraga?

Selain menjaga pola makan, makan buah dan sayur, berolahraga ringan itu pasti. Saya juga suka renang. Saya saya usahakan berolahraga tiga kali seminggu sehabis subuh selama 30 menit.

Rutinitas apa saja yang Anda lakukan sebelum berangkat ke kantor?

Sehabis salat subuh, berolahraga sebentar, lalu ngeteh dan sarapan. Setelah itu, barulah ngecek-ngecek pekerjaan.

Apa saja kegiatan Anda bersama keluarga?

Paling makan, nonton bareng ke bioskop bersama anak-anak. Biarpun sudah kuliah semua, mereka lebih senang berkumpul, nonton bareng. Weekend biasanya waktunya bersantai, masak bareng.

Suka membaca buku jenis apa?

Saya suka karya Sidney Sheldon dan Hercule Poirot. Karya Hercule Poirot lebih untuk mengasah insting pekerjaan sebagai polisi. He-he-he. Tapi saya suka genre ini.

Bagaimana dengan film?

Saya suka juga genre thriller, horor. Ya, tapi memang selektif. Saya lebih senang menonton di bioskop, ya. Sensasinya beda.

Apakah ada hal lain yang dilakukan untuk melepas stres?

Nge-game juga. He-he-he. Saya suka June Journey Hidden Object. Itu juga untuk mengasah otak, insting, dan menambah kosakata bahasa Inggris.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Nurul Azizah saat diwawancarai Tempo di Mabes Polri, Jakarta, 8 Juli 2022. TEMPO/Febri Angga Palguna

 

Biodata

Nama: Nurul Azizah

Lahir: Banyubiru, Ambarawa, 5 November 1972

Pangkat: Komisaris besar

Jabatan: Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri

Pendidikan:

- Sekolah Bintara Polwan (1991)

- D-3 Ilmu Kepolisian (1994)

- S-1 Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (2017)

- S-2 Universitas Indonesia (2012)

- S-3 Universitas Negeri Jakarta (2017)

Pendidikan nonformal:

- Kursus Dasba Operator Komputer Hankam

- Pendidikan Setukpa Polwan pada 1998

Karier:

- Kepala Prodi S-3 Ditprog Pascasarjana STIK Lemdiklat Polri

- Pengajar di STIK

- Staf Perencanaan Umum dan Anggaran Polri

- Kasubbag Prodi S-3 STIK/PTIK

- Kasubbag Monev Tala Rolemtala Srena Polri

- Kasubbaglemwil Baglem Rolemtala Srena Polri (2018)

- Kabag Jianalis Rolemtala Srena Polri (2019)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus