Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
ISTANA Cendana di Jakarta Pusat, suatu hari pada Maret silam. Di pelataran belakang, lelaki tua itu tegak dalam baju takwa putih yang elegan dan celana bernuansa gelap. Tahun-tahun yang panjang mengukir setiap guratan di wajahnya—yang tetap saja segar dalam usia 81 tahun. Batok kepalanya, yang sepuh, mengkilap dalam cahaya siang—dan menyisakan sedikit rambut halus berwarna perak. Sepasang sandal kulit membalut kakinya, yang dibungkus kaus tebal. Soeharto, lelaki tua yang pernah amat masyhur itu, tengah menantikan seorang tamu jauh.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo