Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan bos Nissan yang sempat menjadi buronan, Carlos Ghosn, kembali mengkritik perusahaan Jepang itu. Dia mengungkapkan Aliansi Renault-Nissan telah menjadi produsen kendaraan kecil dan rapuh.
Ghosn menyebut ada beberapa hal yang menyebabkan kesulitan dalam perusahaan ini.
Kritik ini dilontarkan Carlos Ghosn saat CEO Renault Luca de Meo tengah menjalankan strategi nilai atas volume untuk membangkitkan kinerja perusahaan.
"Sangat baik untuk membuat pengumuman tentang rencana, tetapi strategi hanya 5 persen, sementara tindakan dan hasilnya adalah 95 persen," ucap Carlos Ghosn, dikutip dari laman Hindustan Times hari ini, Jumat, 18 Februari 2022.
Menurut dia, manajemen Renault dan campur tangan dari Pemerintah Prancis menjadi hal yang harus disalahkan dari kesulitan yang dialami perusahaan.
Sebenarnya pada 2018 Aliansi Renault-Nissan termasuk Mitsubishi berada di depan Volkswagen AG dalam penjualan mobil secara global. Namun kini Aliansi ini jauh di belakang Volkswagen dan Toyota.
Carlos Ghosn pun mengkritik Renault yang dianggapnya memiliki hasil yang biasa-biasa saja dan hanya banyak pengumuman.
"Saya sedih melihat bahwa Renault hanyalah bayangan dari dirinya yang dulu," kata Ghosn.
Sejak Carlos Ghosn ditangkap, Aliansi Renault-Nissan mengalami kekacauan. Hubungan kedua perusahaan ini berada di bawah tekanan setelah eksekutif Nissan membantu pihak berwenang Jepang dalam penangkapan Ghosn di negara tersebut.
Renault sendiri saat ini memegang 43 persen dari saham Nissan, yang diakuisisinya pada 1999. Sementara Nissan hanya memegang 15 persen saham Renault.
DICKY KURNIAWAN | HINDUSTAN TIMES
Baca: Renault-Nissan Kembangkan Mobil Listrik di Cina
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini