Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Fox Logger Indonesia berhasil menjadi perusahaan penyedia tracking system atau GPS berbasis IoT yanhg diklaim terbesar di Tanah Air.
Di balik kesuksesannya di pasar GPS Tracker, terdapat dua orang yang menentukan. Mereka adalah Alamsyah Cheung dan Darren Suciono.
Sebelum sukses mendirikan Fox Logger, Alamsyah adalah salesman keliling sebuah produk GPS untuk mobil. Sembari kuliah di London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, pria kelahiran 1987 ini menjajakan GPS, seperti di pasar mobil Kemayoran dan ITC Fatmawati.
"Saya tinggal pasarkan barang punya bos saya. Nanti keuntungannya didapat dari selisih harga jual," kata Alamsyah dalam siaran pers yang diterima Tempo hari ini, Rabu, 29 September 2021.
Setelah beberapa tahun menjadi salesman, Alamsyah menjadi enterpreneur dengan membiayai bisnisnya sendiri. Yakin potensi bisnisnya cukup besar, Alamsyah mengajak Darren untuk meluncurkan produk GPS Tracker.
"GPS tracker juga membantu produktivitas serta efisiensi kendaraan karena lewat tracking yang terpampang jelas, rute kendaraan bisa diatur,” ujarnya.
Pada 2015, Alamsyah dan Darren mendirikan Fox Logger Indonesia dengan produk andalannya Fox Logger GPS Technology.
Produk GPS Tracker mereka diklaim sebagai produk dalam negeri tanpa membeli dan menyewa provider dari luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Ini murni produk anak bangsa. Kami percaya, bisnis itu seringkali tumbuh dari word of mouth yang baik," tutur Darren, yang juga alumni Program Studi Online Marketing President University, Jakarta.
Alamsyah dan Darren juga menjual sejumlah produk lain. Fox Logger Indonesia memasarkan GPS Tracker untuk jemaah umroh atau jemaah haji, narapidana, hingga pasien Covid-19 yang tengah melakukan isolasi mandiri.
Tahun ini, Fox Logger Indonesia berusia 6 tahun. Dalam waktu 3 hingga 4 tahun mendatang, startup tersebut diproyeksikan menjadi pemain GPS terbesar di Asia Tenggara. Fox Logger Indonesia dipersiapkan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan valuasi Rp 1 triliun.
Baca: Pengamat Transportasi Sebut GPS Biasa Dipakai di Jepang dan Korea
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini