Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Efek Buruk Kebiasaan Mengupil, Salah Satunya Menyebarkan Kuman

Mengupil mirip dengan kebiasaan berulang lainnya seperti memencet jerawat atau menggigit kuku, lebih merugikan daripada menguntungkan.

7 Februari 2022 | 21.26 WIB

Ilustrasi anak mengupil. Shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi anak mengupil. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mengupil bukan sesuatu yang lazim dilakukan di depan umum, tapi ketika sendirian, muncul dorongan untuk membersihkan hidung sampai dalam. Aktivitas ini bisa menimbulkan perasaan puas sesaat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Namun, CristenCusumano, seorang dokter telinga, hidung, dan tenggorokan di NewJersey, Amerika Serikat, mengatakan itu bukan kebiasaan yang baik.

"Mengupil mirip dengan kebiasaan berulang lainnya seperti memencet jerawat atau menggigit kuku," kata dia. "Meskipun perilaku ini tidak selalu direkomendasikan secara medis, risiko komplikasi serius sebenarnya cukup rendah."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi itu bukan berarti mengupil mendapat lampu hijau. Pertama, karena mengupil bisa menyebabkan sakit. Mengupil dan mengambil kerak di hidung berpotensi menyebarkan kuman, terutama virus pilek atau flu, bahkan yang lebih parah seperti pneumonia, menurut sebuah studi pada Januari 2018 di European Respiratory Journal.

Mengupil juga lebih mungkin membawa Staphylococcus aureus, bakteri yang menyebabkan infeksi staph, menurut sebuah studi Juni 2016 di Infection Control & Hospital Epidemiology.

"Upil dan lendir di hidung berfungsi penting untuk menjebak kuman agar tidak dapat masuk lebih dalam ke saluran hidung dan saluran udara dan menyebabkan infeksi," kata Cusumano. "Mengorek hidung dapat menyebabkan transfer partikel infeksius ini ke jari-jari,” kata dia. Jika sudah di jari, kuman akan lebih cepat menyebar.

Kedua, bisa merusak hidung. Jaringan di dalam hidung cukup halus, dan sentuhan yang terlalu kuat menimbulkan potensi cedera, terutama jika itu sering. “Sering mengorek hidung dapat menyebabkan trauma pada mukosa atau lapisan dalam hidung yang relatif rapuh, yang dapat menyebabkan mimisan atau titik awal infeksi,” kata Cusumano.

Goresan atau trauma yang berulang lama kelamaan dapat mempengaruhi bentuk hidung. "Ini dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut atau bahkan penyumbatan saluran napas hidung," jelas Cusumano. Meski jarang terjadi, mengorek terlalu dalam menyebabkan perforasi septum hidung, menurut laporan kasus Agustus 2018 di Cureus.

Lalu, adakah manfaat mengorek hidung? Selain perasaan puas yang intens setelah mengeluarkan kotoran yang mengganggu dari hidung, tidak ada lagi keuntungannya. Ingat, lendir dan kotoran ada untuk menjebak kuman dan partikel dan melindungi lapisan saluran hidung. Jadi, mestinya lender itu sebaiknya dibiarkan saja, kata Cusumano.

LIVESTRONG

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus