Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hibah Pengubah Wajah

Anies Baswedan masih didukung oleh kelompok 212 yang berharap dia maju sebagai calon presiden. Lebih rajin berkomunikasi dengan Nahdlatul Ulama.

25 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah peserta Aksi 212 jilid II di depan gedung DPR/MPR/DPD, Senayan, Jakarta, Februari 2017. Dok TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Anies Baswedan dijagokan oleh kelompok 212 sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024.

  • Anies Baswedan disebut berusaha menjauh dari kelompok 212 dan tampil lebih moderat.

  • Salah satu caranya dengan mendekati kalangan nonmuslim dan Nahdlatul Ulama.

BERTANDANG ke Balai Kota Jakarta pada akhir Mei lalu, Yusuf Muhammad Martak kembali bertanya kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal kemungkinan maju sebagai calon presiden dalam Pemilihan Umum 2024. Namun jawaban yang diterima oleh Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama itu selalu sama dengan sebelum-sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Beliau menjawab, kalau belum ada ikamah (seruan berdiri untuk salat), jangan bicara soal pemilihan presiden,” kata Yusuf menirukan jawaban Anies kepada Tempo, Kamis, 23 Juni lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yusuf mengklaim Anies ogah membicarakan pencalonan presiden sebelum masa jabatannya di Ibu Kota berakhir pada 27 Oktober mendatang. Membalas jawaban Anies, Yusuf mengatakan bahwa GNPF Ulama membutuhkan dia di Jakarta dan kancah nasional. Meski demikian, Yusuf menyatakan belum ada keputusan GNPF Ulama untuk mendukung Anies dalam Pemilu 2024.

GNPF Ulama adalah bagian dari gerakan 2 Desember 2016 atau kelompok 212 yang menuntut Gubernur DKI saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, dipenjara karena menista agama. Kelompok itu ikut mengantar Anies dan Sandiaga Salahuddin Uno memenangi pemilihan Gubernur DKI. Pada Pemilu 2019, GNPF Ulama mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Toboh lain yang mendukung Anies adalah Front Pembela Islam (FPI)—dibubarkan pemerintah pada pengujung 2020. Sebagian pengurus FPI lantas membentuk Front Persaudaraan Islam. Ketua Bidang Advokasi FPI Aziz Yanuar menuturkan, banyak anggota kelompoknya mendukung Anies sebagai calon presiden. “Arus bawah mendukung Anies jadi calon presiden,” ujar Aziz.

Namun dia memastikan secara kelembagaan FPI belum menyatakan dukungannya terhadap Anies atau calon lain. Menurut Aziz, FPI masih menunggu arahan dari pentolan kelompoknya, Muhammad Rizieq Syihab. Rizieq kini mendekam di penjara Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI. Ia terjerat kasus penyebaran berita bohong soal hasil tes usap.

Pada Selasa, 21 Juni lalu, Aziz dan Yusuf Martak membesuk Rizieq. Keduanya mengklaim Rizieq sedang berfokus menjalani masa tahanannya hingga 2023. Mereka sempat berdiskusi soal deklarasi dukungan terhadap Anies Baswedan yang membawa nama FPI atau eks pengurus organisasi itu. “Beliau tertawa mendengar berita itu,” tutur Yusuf.

Kelompok pertama adalah FPI Reborn yang mendeklarasikan dukungan terhadap Anies di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Senin, 6 Juni lalu. Dalam video yang beredar, aksi itu dikawal oleh kepolisian. Dua hari kemudian, atau Rabu, 8 Juni lalu, giliran Majelis Sang Presiden yang mendeklarasikan Anies di Hotel Bidakara, Jakarta.

Majelis Sang Presiden diisi simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia, FPI, dan eks narapidana terorisme. Dalam undangan deklarasi tertulis ketua panitia acara itu bernama Abu Abdurrahman. Sejumlah narasumber menyebutkan Abu nama lain dari Ahmad Amsori, Wakil Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Abu atau Ahmad Amsori enggan merespons pertanyaan yang diajukan Tempo. “Mohon maaf,” ujarnya, Rabu, 22 Juni lalu.

Terseretnya nama FPI membuat Front Persaudaraan Islam menyatakan bahwa dukungan untuk calon presiden menunggu komando Rizieq Syihab. Namun GNPF Ulama, FPI, ataupun Perhimpunan Alumni 212 sudah membuat kriteria ihwal calon presiden 2024 yang akan didukung, antara lain beragama Islam, taat beribadah, dan berjiwa kebangsaan.

Menurut Yusuf Martak, kelompok mereka baru akan menggelar pertemuan atau ijtimak ulama menjelang pemilihan presiden. Ijtimak itu akan memutuskan dukungan terhadap calon tertentu, mengajukan calon internal, atau hanya menjadi penonton.

Yusuf memastikan kelompok tersebut tak akan mendukung Prabowo Subianto lagi. Sebab, Prabowo tak mengajak mereka berdiskusi sebelum bergabung dengan koalisi pendukung pemerintah Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan menjadi Menteri Pertahanan. “Kami merasa dikhianati karena tidak pernah diajak bicara,” ucap Yusuf.

•••

KEDEKATAN Anies Baswedan dengan mereka yang kerap disebut sebagai kelompok 212 mencuat setelah pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem—menjagokan Anies sebagai salah satu calon presiden—Siswono Yudo Husodo mengatakan jejak digital Anies sulit diabaikan meskipun partainya menilai dia sosok nasionalis.

Siswono mencontohkan, Anies terlihat beberapa kali berdekatan dengan imam besar Front Pembela Islam, Rizieq Syihab. Jejak digital itu ikut dipertimbangkan oleh NasDem karena bisa mempengaruhi penilaian pemilih. “Indonesia ini beragam sekali, dan jejak digital itu memberikan pemahaman tentang dia kepada masyarakat,” katanya.

Majelis Sang Presiden resmi mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai Presiden 2024 di Hotel Bidakara, Jakarta, 7 Juni 2022. TEMPO/Fajar Pebrianto

Dua orang dekat Anies bercerita, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu tahu ihwal dukungan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama, FPI, ataupun Perhimpunan Alumni 212. Menurut keduanya, Anies memilih tak terlihat berdekatan dengan kelompok itu dan menampilkan sikap moderat. Ia, misalnya, menghadiri misa Natal dan membolehkan Jakarta International Stadium menggelar perayaan kenaikan Yesus.

Pendiri Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKopi), Hendri Budi Satrio, pernah berdiskusi dengan Anies soal dukungan dari kelompok 212 dan tudingan bahwa dia intoleran, diskriminatif, dan radikal. Kepada Hendri, Anies mengatakan ia menjawab semua tudingan itu dengan hasil kerja dan kebijakan sebagai Gubernur DKI.

Anies pun menyatakan seluruh pekerjaan dan kebijakannya tak diskriminatif dan merangkul semua penduduk DKI. “Jadi tidak usah masuk ke pertempuran yang tidak jelas,” ujar Hendri menirukan pernyataan Anies.

Menurut dua orang dekatnya, Anies pun kini lebih rajin berkomunikasi dengan kalangan Nahdlatul Ulama. Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jakarta Samsul Ma’arif mengatakan hubungan lembaganya dengan Anies sangat dekat. Ia bercerita, Anies pernah menghadiri acara NU Jakarta tiga kali dalam sehari pada Oktober 2021.

Selain itu, kata Samsul, dana hibah dari Pemerintah Provinsi DKI untuk NU Jakarta pun dinaikkan dari Rp 1,5 miliar menjadi Rp 5 miliar. Samsul menilai sosok Anies memang tak bisa lepas dari dukungan kelompok 212 seusai pemilihan Gubernur DKI 2017. “Label itu akan makin terkikis jika Anies lebih sering datang ke NU,” tutur Samsul.

Mantan wakil presiden Jusuf Kalla—salah satu penyokong Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI—menyatakan Anies Baswedan jauh dari sosok radikal. Ia menilai Anies lebih berlatar belakang sebagai akademikus karena lama kuliah di Amerika Serikat dan menjabat Rektor Universitas Paramadina pada 2007-2015. “Anies sangat cerdas,” ujarnya kepada Tempo, Jumat, 24 Juni lalu.

BUDIARTI UTAMI PUTRI, MUSTOFA BISRI (MADURA)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hussein Abri Dongoran

Hussein Abri Dongoran

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, lulusan Universitas Pasundan, Bandung, ini banyak meliput isu politik dan keamanan. Reportasenya ke kamp pengungsian dan tahanan ISIS di Irak dan Suriah pada 2019 dimuat sebagai laporan utama majalah Tempo bertajuk Para Pengejar Mimpi ISIS.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus