Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

5 Aplikasi Kontroversial di Smartphone: Poligami hingga Gaza

Smarphone Android bisa memasang berbagai aplikasi yang tersedia di Play Store, termasuk aplikasi kontroversial sekalipun.

7 Mei 2018 | 13.10 WIB

Aplikasi ayopoligami.com
Perbesar
Aplikasi ayopoligami.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Smarphone Android bisa memasang berbagai aplikasi yang tersedia di Play Store, termasuk aplikasi kontroversial sekalipun. Tak sedikit aplikasi tersebut disebut provokatif dan meresahkan masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tempo.co berusaha merangkum beberapa aplikasi yang kontroversial. Mulai dari poligami hingga kasus skandal Cambridge Analytica Facebook yang beberapa waktu lalu menggegerkan dunia. Berikut aplikasi tersebut:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Ayo Poligami

Aplikasi ayopoligami.com

Aplikasi "Ayo Poligami sempat viral tahun lalu, pasalnya sebuah artikel berjudul Dua Hari Menjajal Aplikasi Pologami dari laman magdelene.co menjadi perhatian, dengan memperoleh 102.999 hits dan 40 komentar. Aplikasi tersebut dapat membuat laki-laki mudah untuk melakukan pernikahan.

"Awalnya hanya iseng saja daftar di aplikasi tersebut. Setelah itu, aku lihat aplikasi ini membuat laki-laki gampang beistri lagi tanpa ijin atau sepengetahuan istri. Lebih ke aplikasi perselingkuhan," ujar penulis artikel Elma Adisya saat dihubungi tahun lalu.

Dalam artikel tersebut Elma mengaku kaget saat menemukan jumlah akun pria mencapai 1.500 orang dan wanita 121. Lucunya, dalam tulisan tersebut, saat pertama kali menggunakan akun pria, tidak ada tanggapan. Sementara, ketika daftar dengan akun wanita, bermodal kutipan religius dan foto asal dalam 20 menit ada 20 orang yang berkunjung. "Rupanya pertemanan tidak memerlukan persetujuan dari pemilik akun," tulis dia.

Elma mengaku kaget, karena sebelumnya dia telah mencoba beberapa aplikasi kencan daring seperti OK Cupid dan Tinder, tapi baru kali ini kotak pesannya dipenuhi notifikasi. "Mereka adalah para ikhwan yang ngebet untuk mencari madu bagi istrinya. Beberapa adalah para suami yang jujur mengakui bahwa mereka ada di situ tanpa sepengetahuan istri mereka," tulisnya lagi.

2. I-Doser

I-Doser. (play.google.com)

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), I-Doser merupakan aplikasi berbasis teknologi audio. Tempo, pada Oktober 2015, pernah mewawancarai juru bicara BNN, Komisaris Besar Polisi Slamet Pribadi.

"I-Doser sebetulnya konten berupa binaural (dua suara) berdurasi 30-40 menit," kata dia, kepada Tempo, kala itu. Binaural merupakan teknologi yang disebut dapat menstimulasi otak dan mengubah keadaan psikis seseorang. "Persis narkoba," katanya.

Beberapa hari yang lalu, media sosial kembali diramaikan soal narikoba digital, I-Doser. Informasi ini sebetulnya sudah muncul pada Oktober 2015. Tidak hanya di media sosial, tapi beredar juga di grup WhatsApp.

Suaranya dinilai dapat mempengaruhi manusia secara emosi. Menurut Slamet, seseorang yang mendengar lagu dapat merasakan ketenangan atau malah menjadi gelisah, tergantung pada jenis musik yang didengarkan. "Ini karena gelombang suara merangsang sel-sel saraf dan menghantarkannya ke otak," tutur Slamet. Namun, BNN sendiri tidak menetapkan aplikasi ini sebagai narkoba karena I-Doser tidak termasuk ke dalam golongan narkotika.

3. Facebook

Miniatur bendera berlogo Facebook REUTERS/Philippe Wojazer/File Photo

Beberapa waktu lalu, Facebook diramaikan dengan skandal Cambridge Analytica yang menyebabkan 87 juta data pribadi pengguna bocor. Dari data tersebut warga Amerika paling banyak terkena dampaknya. Yakni, mencapai 70.632.350 atau 81,6 persen dari jumlah total.

Selain Amerika, Indonesia termasuk negara yang data penggunanya bocor mencapai 1.096.666. Jumlah tersebut 1,3 persen dari sekitar 87 juta data global yang dibocorkan ke perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica. Angka tersebut membuat Indonesia berada di urutan ketiga setelah Filipina yang mencapai 1.175.870 (1,4 persen).

Kebocoran data Facebook ini diungkap Christopher Wylie, mantan kepala riset di Cambridge Analytica, yang ditulis harian The Guardian terbitan Inggris, Maret 2018. Menggunakan aplikasi survei kepribadian yang dikembangkan Global Science Research (GSR) milik peneliti Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan, data pribadi puluhan juta pengguna Facebook berhasil dikumpulkan dengan kedok riset akademis.

4. WhatsApp

Logo WhatsApp pada layar ponsel. (thenextweb.com)

WhatsApp pernah diterpa kabar miring tentang konten porno. Aplikasi perpesanan itu menerima protes dari masyarakat, karena terdapat konten porno berupa gambar GIF yang dapat diakses oleh penggunanya.

Fitur GIF ini dikenalkan WhatsApp tahun lalu melalui sistem iOS, disusul kepada pengguna WhatsApp dengan ponsel berbasis Android pada Maret tahun ini. Fitur ini merupakan hasil kerja sama antara WhatsApp dan produsen GIF ternama, Giphy.

Perusahaan aplikasi pesan di bawah Facebook ini menyatakan tidak bisa memonitor GIF yang ada di aplikasi. "Kami tidak bisa memonitor GIF di WhatsApp karena konten di WhatsApp memiliki enkripsi end-to-end," kata juru bicara WhatsApp dalam keterangan pers, November 2017.

Selain konten porno, WhatsApp juga pernah mengalami gangguan di beberapa negara. Serta beredarnya versi palsu dari WhatsApp, Update WhatsApp, yang telah diunduh jutaan kali oleh pengguna Play Store.

5. Game Bomb Gaza

Aplikasi Bomb Gaza pertama kali muncul di Play Store Agustus 2014, dan sudah diunduh sekitar 1.000 kali. Dalam permainan tersebut, pemain berperan sebagai tentara Israel yang harus melawan musuh, yaitu Hamas. Aturannya, pemain tidak boleh mengebom penduduk sipil. Musuh mengenakan pakaian berwarna hitam, sedangkan penduduk sipil dan anak-anak memakai pakaian putih.

Google menarik game bertema perang tersebut dari Play Store, pada 4 Agustus 2014. Karena dianggap provokatif dan tidak sensitif terhadap kondisi tragis akibat perang antara kelompok Hamas dan Israel di Jalur Gaza.

Konflik antara kelompok Hamas dan Israel sudah menewaskan 1.880 korban yang sebagian besar warga sipil Palestina. Sementara itu, sekitar 60 tentara Israel tewas.

Simak artikel menarik lainnya tentang aplikasi kontroversial di smartphone hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus