Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Karena pesatnya perkembangan teknologi, media sosial memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai aktivitas kini dapat dilakukan dengan bermodalkan kemampuan bermedia sosial, seperti aktivitas jual-beli hingga bersosialisasi. Namun, sosial media juga memiliki berbagai aturan seperti di dunia nyata, yang harus dipatuhi oleh para penggunanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari compukol.com, keberadaan berbagai aturan tersebut tidak terlepas dari upaya untuk mewujudkan media sosial sebagai ruang berekspresi yang terbuka dan bebas bagi siapa saja. Sebab, tidak menutup kemungkinan bahwa cara satu orang menggunakan media sosial mampu berpengaruh negatif terhadap cara orang lain bermedia sosial. Aturan-aturan tersebut biasanya dikenal sebagai etika bermedia sosial. Dilansir dari zahiraccounting.com, berikut adalah tiga etika bermedia sosial:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
1. Hindari Menggunakan Bahasa yang Kasar dan Intimidatif
Bahasa memegang peranan penting dalam proses komunikasi, tak terkecuali komunikasi di media sosial. Dalam beberapa kasus, seorang pengguna media sosial sering kali menggunakan bahasa yang kasar atau menyinggung, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, ketika berkomunikasi dengan pengguna media sosial lain.
Bahasa yang kasar atau menyinggung mampu membuat pengguna media sosial merasa tertekan, terintimidasi, dan terhalangi kebebasannya. Hal tersebut kemudian berimplikasi pada menyusutnya ruang publik yang sebelumnya telah dihadirkan oleh media sosial.
2. Jangan Menyebarkan Isu-Isu Sensitif
Media sosial memang membawa kebebasan bagi para penggunanya. Berbagai substansi konten bisa langsung tampil di beranda media sosial tanpa melalui filter-filter tertentu. Namun, hal tersebut bisa menjadi masalah ketika pengguna media sosial justru memanfaatkan kebebasan tersebut untuk mengunggah konten-konten sensitif, seperti pornografi, rasisme, hingga kekerasan. Konten-konten sensitif tersebut berpotensi untuk memicu konflik, baik di media sosial maupun konflik nyata.
3. Rajin-Rajin Memeriksa Validitas Informasi
Kebebasan yang ditawarkan media sosial memang nyata adanya. Hampir semua informasi dapat dibagikan melalui media sosial tanpa melalui filter-filter tertentu. Namun, kebebasan tersebut membawa dampak buruk, yakni mudahnya seorang pengguna sosial media dalam menyebarkan berita atau informasi palsu.
Ironisnya, beberapa pengguna media sosial menyebarkan informasi palsu tanpa disadari. Mereka biasanya langsung percaya akan kebenaran suatu informasi yang baru saja ditemui.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pengguna media sosial harus aktif dalam mengecek validitas informasi. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai hal, seperti mengecek sumber berita, membandingkan informasi dengan realita di lapangan, hingga membandingkan satu sumber dengan sumber lainnya.
BANGKIT ADHI WIGUNA