Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi eSport Indonesia (IeSPA) Eddy Lim mengatakan pihaknya akan membuat akademi yang mempelajari serba serbi eSport di Indonesia. Menurutnya, eSport membutuhkan stakeholder yang bukan hanya fokus pada gamers dan menjadi juara.
Baca: Populasi eSport Asia Tumbuh Lebih Cepat Dibandingkan Global
Baca: Atlet eSport Indonesia Bisa Go Internasional, Syaratnya...
Baca: Berkembang Pesat di Indonesia, eSport Masih Harus Beradaptasi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Nanti akan ada akademi. Kalau akademi internasional sudah ada, di Indonesia ada satu orang yang punya sertifikat. Jadi, misalnya waktu pertandingan Cina lawan Korea antarnegara, Indonesia kirim satu juri ke sana, itu harus yang pegang sertifikat. Kayak semacam sepak bola lah ada sertifikat FIFA, nanti kita akan bikin itu yang di Indonesia," ujar Eddy setelah mengadiri Kick Off Asia Pacific Predator League 2019 di Jakarta, Selasa, 30 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Eddy menjelaskan bahwa pada saat proses pertandingan eSport, acara yang digelar itu tidak pernah terlambat, kecuali ada masalah yang berat seperti internet putus. Itu terjadi, kata dia, karena diatur oleh orang-orang yang punya kualitas secara internasional.
eSport merupakan istilah untuk kompetisi permainan video dengan pemain jamak, umumnya antara para pemain profesional. eSport menjadi cabang olah raga yang memiliki pertumbuhan pesat dan mempengaruhi industri non-teknologi yang juga ikut berkembang.
Eddy memberikan contoh bahwa para YouTuber yang terkenal membahas game, kemudian dari sisi Event Organizer (EO) yang membuat tim eSport. Jadi menurutnya, eSport mendorong industri lain untuk terlibat masuk ke eSport.
"Karena eSport bukan hanya menciptakan gamers untuk menjadi juara, bisa jadi misalnya dokter tapi ngawasin khusus atlet eSport, kan beda kalau cara handle-nya dengan atlet lain, kalau olah raga lain mungkin ototnya yang diperiksa tapi eSport beda," lanjut Eddy. "Misalnya juga dari food science, kan atlet lain dengan atlet eSport itu beda kebutuhannya. Mungkin harus dibanyakin garam bukan fokus pada otot. Itu yang akan kita masukin ke akademi."
Menurut Eddy, petumbuhan eSport di Indonesia sangat seksi, apalagi sudah ditandingkan dalam gelaran Asian Games 2018, meskipun hanya eksibisi.