Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Ilmuwan Ungkap AI Bisa Mereplikasi Diri Sendiri, Seberapa Berbahaya?

Para ilmuwan menyerukan agar masyarakat internasional segera menetapkan aturan untuk mencegah AI berkembang tanpa kendali.

28 Januari 2025 | 13.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti dari Cina mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini mampu mereplikasi dirinya sendiri. Dalam sebuah studi, mereka menunjukkan bahwa dua large language model (LLM) populer dapat menggandakan diri tanpa bantuan manusia. Hal ini dinilai sebagai sebuah tonggak ‘garis merah’ yang kritis dalam pengembangan teknologi AI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Keberhasilan replikasi diri tanpa bantuan manusia adalah langkah penting bagi AI untuk melampaui (manusia), dan merupakan sinyal awal bagi AI yang tidak terkendali,” tulis para peneliti dalam studi yang diterbitkan pada 9 Desember 2024 di basis data prapublikasi arXiv, dikutip dari Live Science, Selasa, 28 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peneliti dari Universitas Fudan itu menguji model Llama31-70B-Instruct milik Meta dan Qwen2.5-72B-Instruct dari Alibaba. Dalam 10 kali percobaan, kedua model berhasil menciptakan replika terpisah masing-masing pada 50 persen dan 90 persen kasus. Studi ini juga menunjukkan AI mampu memprogram replika mereka untuk melanjutkan proses replikasi tanpa batas, sebuah kemampuan yang dapat menjadi ancaman jika tak terkendali.

“Dalam banyak kasus, sistem AI pertama-tama menjelajahi lingkungan dan berusaha memahami komposisi dan mekanisme kerjanya sendiri. Kemudian, AI menyusun prosedur eksplisit sebagai rencana awal untuk replikasi diri,” tulis para peneliti. “Akhirnya, AI mengeksekusi prosedur tersebut, mengatasi kemungkinan hambatan, dan secara dinamis menyesuaikan rencananya hingga berhasil.”

Peneliti juga melaporkan adanya ‘sejumlah perilaku tak terduga’ ketika AI berusaha mengatasi hambatan seperti file yang hilang atau konflik perangkat lunak. Dalam situasi tersebut, AI sering kali mematikan proses yang bertentangan, me-restart sistem untuk memperbaiki kesalahan perangkat keras, atau secara otomatis memindai sistem untuk mencari informasi yang dapat membantu menyelesaikan masalah.

Hal ini menunjukkan bahwa AI telah mengembangkan kemampuan untuk mengatasi berbagai rintangan secara mandiri, memperkuat kekhawatiran akan potensi bahaya yang ditimbulkan.

Namun, studi ini belum ditinjau sejawat sehingga validitasnya masih harus diuji lebih lanjut. Meski begitu, para ilmuwan menyerukan agar masyarakat internasional segera menetapkan aturan untuk mencegah AI berkembang tanpa kendali.

“Kami berharap temuan kami dapat menjadi peringatan tepat waktu bagi masyarakat untuk lebih memahami dan mengevaluasi potensi risiko sistem AI mutakhir, serta mendorong sinergi internasional dalam merumuskan aturan pengamanan efektif sedini mungkin,” kata peneliti.

Para ahli khawatir kemampuan replikasi diri ini dapat digunakan oleh AI untuk bertindak di luar kendali manusia, memperkuat kekhawatiran akan “AI yang membangkang".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus