Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kecerdasan buatan (AI) yang semakin canggih digadang-gadang bakal menggeser peran manusia di berbagai sektor pekerjaan. Namun, Bill Gates, maestro di balik raksasa teknologi Microsoft, justru memandang masa depan dengan optimisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia meyakini, meski AI berpotensi mengusik tatanan kerja, beberapa bidang profesi justru akan semakin bersinar. Menurut Gates, ada tiga bidang yang diprediksi akan kebal terhadap serbuan AI. Apa saja?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Bidang energi alternatif
Perubahan iklim dan kebutuhan energi berkelanjutan menjadi pendorong utama dalam hal ini. Inovasi dan pengembangan teknologi di bidang energi terbarukan seperti matahari, angin, dan nuklir memerlukan sentuhan keahlian manusia.
Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah rumit, serta berinovasi menjadi bekal utama para profesional di bidang ini. AI belum mampu menggantikan daya nalar dan kreativitas manusia dalam menciptakan solusi energi masa depan. Sehingga pekerjaan dalam bidang ini akan terus ada walaupun wabah AI merajalela di dunia industri.
2. Biosains
Kemajuan teknologi di ranah ini justru membuka jalan lebar bagi para peneliti dan praktisi. Pengembangan obat-obatan baru, terapi inovatif, dan teknologi medis canggih menuntut keahlian dan ketelitian manusia yang belum bisa ditiru AI. Empati, keterampilan komunikasi, dan kemampuan beradaptasi dengan situasi rumit dalam dunia medis menjadi nilai tambah yang tak tergantikan.
3. Pengembangan AI
Ironisnya, meski AI berpotensi menggantikan banyak profesi, bidang pengembangan AI itu sendiri justru membutuhkan banyak talenta manusia. Inilah poin ketiga yang dikemukakan Gates.
Pengembangan, pemrograman, dan pemeliharaan sistem AI memerlukan keahlian dan kreativitas manusia yang unik. Para perancang dan teknisi AI dituntut untuk memahami kebutuhan dan etika penggunaan AI, sehingga teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kebaikan umat manusia.
Gates pun menekankan pentingnya peningkatan keterampilan (upskilling) dan penyesuaian diri (reskilling) di era yang serba cair ini. Ia menyarankan agar individu fokus mengembangkan kemampuan kognitif seperti berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkreasi.
Keterampilan interpersonal seperti komunikasi yang efektif, empati, dan kerja sama tim juga tak kalah penting. Kombinasi keduanya akan menjadi senjata ampuh untuk menghadapi disrupsi teknologi.
Gates menyerukan investasi dalam sektor pendidikan dan pelatihan. Dengan memperlengkapi generasi muda dengan skillset yang relevan, mereka dapat beradaptasi dan berkontribusi secara optimal di era yang didominasi AI.
Dengan memadukan pendidikan yang tepat dan kesiapan beradaptasi, manusia tidak perlu takut terpinggirkan, melainkan justru dapat berkolaborasi dengan AI untuk membangun masa depan yang lebih baik.
MARCA | ANTARA