Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kehadiran ChatGPT disambut negatif oleh sebagian guru karena menjadi bahan sontekan siswa.
Pakar ilmu pendidikan dari The Ohio State University menyarankan tiga strategi memanfaatkan ChatGPT untuk tugas sekolah.
Teknologi AI ini dapat digunakan sebagai teman diskusi, bukan bahan sontekan.
Karena ChatGPT dapat terlibat dalam percakapan dan menghasilkan esai, kode komputer, bagan, dan grafik yang sangat mirip hasil yang dibuat manusia, para pendidik khawatir para siswa dapat menggunakannya untuk menyontek. Semakin banyak distrik sekolah di seluruh negeri yang memutuskan memblokir akses ke ChatGPT di komputer dan jaringan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai profesor psikologi pendidikan dan teknologi pendidikan, kami menemukan bahwa alasan utama siswa menyontek adalah motivasi akademis mereka. Sebagai contoh, terkadang siswa hanya termotivasi untuk mendapatkan nilai tinggi. Di lain waktu, siswa termotivasi untuk mempelajari semua yang mereka bisa tentang suatu topik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, keputusan untuk menyontek atau tidak sering kali berkaitan dengan bagaimana tugas dan tes akademik dibuat serta dinilai, bukan pada ketersediaan jalan pintas teknologi. Ketika mereka memiliki kesempatan menulis ulang esai atau mengulang tes jika mereka tidak mengerjakannya dengan baik pada awalnya, siswa cenderung tidak akan menyontek.
Kami percaya bahwa guru dapat menggunakan ChatGPT untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan benar-benar mencegah kecurangan. Berikut ini tiga strategi untuk melakukannya.
Ilustrasi ChatGPT untuk pelajar. Tempo/ Bintari Rahmanita
1. Perlakukan ChatGPT sebagai Mitra Belajar
Penelitian kami menunjukkan bahwa siswa cenderung menyontek ketika tugas dirancang dengan mendorong mereka untuk mengungguli teman sekelasnya. Sebaliknya, lebih kecil kemungkinan siswa menyontek ketika guru memberikan tugas akademis yang mendorong mereka bekerja secara kolaboratif dan berfokus pada penguasaan konten daripada mendapat nilai yang bagus.
Memperlakukan ChatGPT sebagai mitra belajar dapat membantu guru mengalihkan fokus para siswa dari kompetisi dan penilaian ke kolaborasi dan penguasaan.
Sebagai contoh, seorang guru sains dapat menugasi siswa bekerja dengan ChatGPT untuk mendesain kebun sayur hidroponik. Dalam skenario ini, siswa dapat terlibat dengan ChatGPT untuk mendiskusikan persyaratan pertumbuhan sayuran, bertukar pikiran tentang ide-ide desain untuk sistem hidroponik, serta menganalisis respons pro-kontra dari desain tersebut.
Kegiatan-kegiatan ini dirancang untuk mendorong penguasaan konten karena berfokus pada proses pembelajaran, bukan hanya pada nilai akhir.
Baca: Memanfaatkan ChatGPT untuk Riset
2. Menggunakan ChatGPT untuk Tingkatkan Kepercayaan Diri
Penelitian menunjukkan, ketika siswa merasa percaya diri bahwa mereka dapat berhasil mengerjakan tugas yang diberikan, mereka cenderung tidak akan menyontek. Cara penting untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa adalah memberi mereka kesempatan mengalami kesuksesan.
ChatGPT dapat memfasilitasi pengalaman tersebut dengan menawarkan dukungan individual kepada siswa dan memecah masalah yang kompleks menjadi tantangan atau tugas yang lebih kecil.
Sebagai contoh, siswa diminta mencoba merancang kendaraan hipotetis yang dapat menggunakan bensin lebih efisien daripada mobil tradisional. Siswa yang kesulitan dengan proyek tersebut—dan mungkin cenderung menyontek—dapat menggunakan ChatGPT untuk memecah masalah yang lebih besar menjadi tugas-tugas yang lebih kecil. ChatGPT dapat menyarankan mereka lebih dulu mengembangkan konsep keseluruhan untuk kendaraan sebelum menentukan ukuran dan berat kendaraan serta memutuskan jenis bahan bakar apa yang akan digunakan. Guru juga dapat meminta siswa membandingkan langkah-langkah yang disarankan ChatGPT dengan langkah-langkah yang direkomendasikan sumber lain.
Ilustrasi siswa sekolah menengah atas menunjukkan aplikasi ChatGPT di Bogor, 21 Juli 2023. Tempo/ Bintari Rahmanita
3. Meminta ChatGPT Memberi Umpan Balik yang Mendukung
Ada temuan ihwal umpan balik yang dipersonalisasi, yang dapat mendukung emosi positif siswa, termasuk rasa percaya diri.
ChatGPT dapat diarahkan untuk memberikan umpan balik dengan bahasa yang positif, berempati, dan membesarkan hati. Sebagai contoh, jika seorang siswa menyelesaikan soal matematika dengan tidak benar, alih-alih hanya memberi tahu siswa tersebut "Kamu salah dan jawaban yang benar adalah…", ChatGPT dapat memulai percakapan dengan sang siswa. Berikut ini respons nyata yang dihasilkan ChatGPT: "Jawaban kamu tidak benar, tapi sangat normal untuk menemukan kesalahan atau miskonsepsi sesekali di sepanjang jalan. Jangan berkecil hati dengan kemunduran kecil ini, kamu berada di jalur yang benar! Saya di sini untuk mendukungmu dan menjawab setiap pertanyaan yang mungkin kamu miliki. Kamu hebat!"
Hal ini akan membantu siswa merasa didukung dan dimengerti, sekaligus menerima umpan balik untuk perbaikan. Guru dapat dengan mudah menunjukkan kepada siswa cara mengarahkan ChatGPT untuk memberikan umpan balik tersebut.
Kami percaya, apabila guru menggunakan ChatGPT dan chatbot AI lainnya dengan bijaksana—juga mendorong siswa menggunakan alat ini secara bertanggung jawab dalam tugas sekolah—siswa memiliki insentif untuk belajar lebih banyak dan lebih sedikit menyontek.
---
Artikel ini ditulis oleh Kui Xie dan Eric M. Anderman, pakar ilmu pendidikan dari The Ohio State University. Terbit pertama kali di The Conversation.