Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Paus di Konferensi TED: Indah Jika Teknologi Dibarengi Kesetaraan

Paus mengatakan inovasi ilmiah dan teknologi itu baik-baik saja, tapi menjadi tidak baik ketika itu membutakan terhadap penderitaan orang-orang lain.

28 April 2017 | 20.57 WIB

Paus Fransiskus memimpin Via Crucis (Jalan Salib) saat berlangsungnya perayaan Jumat Agung di depan Colosseum di Roma, Italia, 14 April 2017. REUTERS
Perbesar
Paus Fransiskus memimpin Via Crucis (Jalan Salib) saat berlangsungnya perayaan Jumat Agung di depan Colosseum di Roma, Italia, 14 April 2017. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Konferensi tahunan TED, organisasi yag mendistribusikan pidato online secara gratis, dikenal menghadirkan para pembicara yang impresif. Pekan ini, konferensi tahunan yang digelar Vancouver Kanada dihadiri oleh bintang tenis Serena William, jurnalis Meksiko Jorge Ramos, ahli teknologi dan artificial intelligence, aktivis kesehatan, dan aktivis lainnya.


Tapi pada Selasa pagi, 25 April 2017, satu pembicara yang tak diumumkan membuat audien terkejut: Paus Fransiskus. Pemimpin gereja Katolik itu tiba-tiba muncul di screen besar di atas panggung, menyampaikan pidato lewat rekaman. Tapi bagi non-Katolik, Uskup Roma itu memiliki daya tarik yang luar biasa. “Buonasera,” dia memulai berbicara dalam bahasa Italia, yang berarti “Selamat malam!”. Dia berpidato selama 17 menit di Vatikan dan kemudian diputar di forum tersebut.


“Atau selamat pagi. Saya tidak tahu jam berapa di sana,” kata dia seperti diberitakan radio NPR.org, 26 April 2017.


Di bagian awal, Paus menyampaikan hal yang fimiliar. “Selama saya bertemu atau mendengar untuk mereka yang sakit, untuk para imigran yang menghadapi kesulitan yang mengerikan dalam mencari masa depan lebih cerah, untuk para narapidana yang membawa kepedihan di dalam hati mereka, dan banyak lagi, banyak dari mereka anak muda yang tidak dapat menemukan pekerjaan, saya sering menemukan diri saya bertanya-tanya: ‘Mengapa mereka dan bukan saya?’”.


Tapi pesan ini segera bergeser ke tema konferensi, teknologi dan inovasi. Pesan langsung tertuju kepada audien di ruangan: beberapa pendiri perusahaan teknologi terbesar di dunia, politikus, artis, bintang terkenal, pemodal, dan pemimpin yayasan dan institusi kebudayaan.


“Betapa indahnya jika pertumbuhan inovasi teknologi dan sains datang bersama dengan keadaan yang lebih setara dan inklusi sosial,” kata Paus.” Betapa indah hal itu, sementara kita menemukan planet-planet yang jauh, untuk menemukan kembali kebutuhan saudara-saudara yang berkeliling di sekitar kita. Betapa indahnya kalau solidaritas—ini kata indah dan kali ini kata yang nyaman---tidak hanya direduksi menjadi kerja sosial dan menjadi, sebaliknya, perilaku kegagalan dalam politik, ekonomi, dan pilihan sains. Juga hubungan antara individu, rakyat, dan negara-negara.”


Paus mengatakan senang judul konferensi TED karena mulai bicara tentang masa depan. Tapi dia mengatakan tujuan kita hanya dapat dicapai bila kita bekerja bersama.


Paus berbicara pada session pengumuman pemenang TED Prize 2017 yang pemenangnya mendapat hadiah US$ 1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) dan hadiah itu mau dipakai apa. Raj Panjabi, fisikawan Harvard Medical School yang menjadi pemenang, akan menggunakan hadiah itu untuk membantu pekerja kesehatan.


Audien tampak terhening mendengar pidato Pau, menurut jurnalis NPR Nina Grebory, yang menyaksikan video itu di dekat teater yang sumpek itu.  “Ada orang-orang di sekitar saya menangis,  lainnya menonton, asyik, dan lainnya menonton sambil menulis email,” kata Nina,”Dia mendapat tepuk tangan meriah di teater.”


Hampir 400 ribu orang di dunia telah menonton video Paus ini yang menceritakan Good Samaritan, ajaran membantu orang lain.“Cerita hari ini adalah kemanusiaan,” kata  pemimpin berusia 80 tahun.


“Jalan orang-orang yang dipenuhi penderitaan, karena semuanya berpusat pada uang dan sesuatu, bukan pada orang. Dan sering kali ada kebiasaan, orang-orang menyebut diri mereka sendiri ‘terhormat’, tidak mengurus orang lain. Mereka kemudian meninggalkan ribuan manusia hidup di bekalang dan di sisi lain,” kata Paus.


Paus mengatakan inovasi ilmiah dan teknologi itu baik-baik saja, tapi menjadi tidak baik ketika itu membutakan terhadap penderitaan orang-orang yang duduk di sebelah kami di kereta bawah tanah. Terlalu sering, Paus melanjutkan, sistem “techno-economic” modern menempatkan produk di depan teknologi.


Paus tidak asing dengan alat-alat era digital. Akun Twitter-nya memiliki lebih dari 10 juta pengikut. Meskipun demikian, untuk mendapatkan Paus bersedia berpidato di konferensi internasional,  kurator TED internasional, Bruno Giussani, berkali-kali berdiskusi dan beberapa kali ke Roma.


Karena Vatikan tidak banyak tahu tentang TED, Giussani mengatakan, "Ada banyak penjelasan yang harus dilakukan," sebelum Paus bersedia tampil.


TED terkenal melatih pembicara bagaimana memberikan kinerja yang efektif. Giussani mengatakan Paus "memutuskan sendiri apa yang ingin dia katakan dalam pidato ini”. Paus menerima ide-ide dan saran untuk menyempurnakan pesan.


Dan pesan itu menyerukan "revolusi kelembutan."


"Kelembutan bukan kelemahan, itu adalah ketabahan," kata Paus. "Ini adalah jalan solidaritas, jalur kerendahan hati.  Tolong, izinkan saya untuk mengatakan itu keras dan jelas: Makin berkuasa Anda, semakin tindakan Anda akan berdampak pada banyak orang, lebih bertanggung jawab Anda untuk bertindak dengan rendah hati. Jika Anda tidak (melakukan itu), kekuasaan Anda akan merusak Anda, dan Anda akan merusak lainnya. "


NPR | CNN | AHMAD NURHASIM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahmad Nurhasim

Ahmad Nurhasim

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus