Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Istilah Windows Defender mulai ramai diperbincangkan usai Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN mengungkap peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Sistem pertahanan besutan Microsoft ini dinonaktifkan oleh peretas, lalu masuk ke server dan mencuri data PDNS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Windows Defender sebelumnya dikenal sebagai Microsoft AntiSpyware. Ini sejenis perangkat lunak yang dibuat Microsoft untuk melindungi sistem operasi Microsoft Windows dari perangkat pengintai atau spyware. Perangkat lunak ini bisa diunduh secara gratis untuk Windows XP dan Windows Server 2003. Pada Windows 8 dan Windows 10 Microsoft meningkatkannya menjadi program antivirus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa Kegunaan Windows Defender?
Windows Defender mempunyai sejumlah alat keamanan real-time yang mengawasi sistem perangkat dan mendeteksi bila ada upaya peretasan atau pengintaian (spyware). Perangkat lunak ini juga dibekali oleh kemampuan untuk menghapus secara mudah perangkat ActiveX yang terpasang.
Windows Defender juga terintegrasi dengan Microsoft SpyNet yang mempermudah setiap pengguna untuk melaporkan kerentanan keamanan langsung kepada Microsoft. Windows Defender pada sistem operasi Windows 8 dan 10 disebut menyerupai Microsoft Security Essentials yang mempunyai kesamaan fungsi untuk keamanan.
Microsoft menyatakan, pengguna tidak perlu menginstall Windows Defender karena sudah tersedia secara gratis ketika sistem operasi Windows 8 dan Windows 10 dipasangkan ke perangkat. Namun selain dari sistem operasi itu, direkomendasikan untuk mengunduh Windows Defender yang tersedia untuk versi gratisnya.
Pengguna Windows Defender akan menerima pemberitahuan ancaman terbaru dan deteksi perilaku ancaman dari cloud untuk melindungi perangkatnya. Pada kasus ransomware, perangkat lunak ini diklaim mampu melindungi folder dengan akses aplikasi yang bisa dikontrol, sehingga dapat mencegah peretas mengakses folder di perangkat.
Windows Defender juga terintegrasi dengan Internet Explorer dan Microsoft Edge, sehingga semua berkas yang diunduh pengguna lewat peramban internet itu akan secara otomatis dipindai dan dideteksi keberadaan virus berbahaya supaya tidak ikut diunduh.
Cara Menonaktifkan Windows Defender
Walaupun sudah tersedia secara gratis dan langsung terintegrasi dengan pengguna Windows 8 dan Windows 10, perangkat lunak untuk sistem keamanan Windows ini masih bisa diputus aksesnya. Microsoft memperbolehkan hal ini, namun risiko keamanan dan kerentanan akan ditanggung sendiri oleh pengguna jika terjadi serangan siber.
Pengguna yang menonaktifkan Windows Defender, umumnya karena ingin menggantikan ke antivirus yang dianggapnya lebih aman. Microsoft mengatakan, kalau pengguna mengunduh program antivirus non-Microsoft yang kompatibel, maka Windows Defender secara otomatis akan dinonaktifkan.
Ikuti langkah-langkah berikut untuk menonaktifkan sementara perlindungan antivirus Microsoft Defender real-time di Windows Security. Namun, perlu diingat, jika melakukannya, perangkat Windows mungkin rentan terhadap serangan.
- Pilih Mulai/Start di perangkat Windows (PC atau laptop) dan ketik "Windows Security" untuk mencari aplikasi itu.
- Pilih aplikasi Windows Security dari hasil pencarian, buka "perlindungan virus dan ancaman". Lalu gulir hingga ke bagian bawah dan terlihat menu "pengaturan perlindungan virus dan ancaman", pilih "kelola pengaturan".
- Alihkan "perlindungan real-time" ke "off".
Pilihan Editor: 6 Dampak Serangan Ransomware ke Server PDNS