Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengembang dan penerbit game, Activision, menghadirkan sistem anti-cheat Ricochet baru untuk game Call of Duty: Warzone dan Call of Duty: Vanguard. Sistem akan menggunakan kombinasi driver level kernel PC, algoritme pembelajaran mesin untuk memeriksa perilaku pemain, dan tim profesional yang berdedikasi yang bekerja untuk menyelidiki cheater.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Driver tingkat kernel PC telah dikembangkan secara internal untuk franchise Call of Duty oleh Activision, dan akan diluncurkan pertama kali untuk Call of Duty: Warzone dengan pembaruan Pasifik yang akan datang. Game PC semakin banyak menggunakan driver tingkat kernel untuk mendeteksi kecurangan yang canggih, tapi karena mereka berjalan pada tingkat tinggi di Windows, selalu ada masalah privasi seputar pendekatan semacam itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sistem anti-cheat Ricochet di Call of Duty tidak akan selalu aktif, menurut Activision. Itu berarti driver level kernel hanya beroperasi saat pengguna membuka Call of Duty: Warzone, dan driver akan mati saat keluar. Driver itu sendiri akan memantau proses yang berinteraksi dengan Warzone untuk melihat apakah mereka mencoba menyuntikkan kode atau memanipulasi permainan, dan melaporkan hasilnya kembali.
“Kami telah menguji driver di berbagai macam PC, dan akan diminta untuk memainkan Call of Duty: Warzone ketika pembaruan peta Pasifik diluncurkan akhir tahun ini,” pihak Activision sambil menambahkan driver tingkat kernel pada akhirnya akan tiba di Call of Duty: Vanguard di kemudian hari.
Pemain Call of Duty akan menyambut upaya anti-cheat baru ini, bahkan jika akan ada pertanyaan dan kekhawatiran yang tak terhindarkan atas driver tingkat kernel. Itu datang hanya sehari setelah akun Twitter Call of Duty utama mengeluarkan peringatan keras kepada para cheater. “Cheaters tidak diterima. Tidak ada toleransi untuk penipu, dan Anda akan segera tahu apa yang kami maksud.”
Sementara Activision telah melarang ribuan akun, para cheater masih merusak Call of Duty: Warzone selama berbulan-bulan. Dan para pemain juga telah menjadi sangat vokal tentang masalah ini, memaksa Raven Software untuk berkomunikasi lebih sering tentang isu-isu kecurangan dan menjanjikan penuh sistem anti-cheat pada Agustus .
Call of Duty: Warzone bukan satu-satunya game PC yang terkena cheater. Kecurangan di beberapa game PC top dunia semakin memburuk selama setahun terakhir, yang paliung banyak ditemukan adalah cheat aimbots dan wallhacks.
Aimbots secara otomatis mengunci lawan, membuatnya mudah untuk mengenai tembakan di kepala dalam permainan. Sementara Wallhacks mengekspos semua orang di peta, jadi cheater mendapatkan keuntungan besar dengan mengetahui di mana lawan mereka setiap saat.
Industri telah berjuang untuk memerangi cheater bahkan dengan alat seperti Easy Anti-Cheat dan BattlEye yang juga menggunakan driver tingkat kernel. Valorant telah mencapai beberapa keberhasilan dengan driver tingkat kernel kustomnya sendiri, tapi masih merupakan investasi besar untuk memiliki tim yang berdedikasi memerangi apa yang secara efektif merupakan peretas dan pembuat malware.
Upaya industri yang lebih terkoordinasi mungkin diperlukan untuk benar-benar mengatasi masalah ini. Microsoft adalah pemegang platform Windows, tapi sistem anti-cheat "TruePlay" perusahaan untuk Windows 10 tidak pernah benar-benar terwujud.
Itu terbatas pada Universal Windows Platform (UWP) untuk aplikasi, yang diabaikan oleh sebagian besar pengembang game. Dan tidak jelas apakah Microsoft akan menyediakan solusi anti-cheat lengkap di tingkat kernel Windows untuk membantu pengembang game.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.