Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Tim Olimpiade Komputer Indonesia Raih Emas di Azerbaijan

Tim Olimpiade Komputer Indonesia meraih 1 medali emas dari Amnu, 2 medali perak dari Fausta dan Vincent, dan 1 medali perunggu dari Moses Mayer.

13 Agustus 2019 | 14.20 WIB

Tim Olimpiade Komputer Indonesia meraih medali emas di Baku, Azerbaijan. Kredit: Istimewa
Perbesar
Tim Olimpiade Komputer Indonesia meraih medali emas di Baku, Azerbaijan. Kredit: Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-74, Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) yang terdiri dari empat siswa SMA berhasil mengharumkan nama bangsa di ajang International  Olympiad  in  Informatics  (IOI)  2019 di Baku, Azerbaijan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Keempat  anggota tim adalah  Abdul Malik  Nurrokhman   (Amnu) dari  SMA  Semesta  BBS  Semarang;   Vincent   Ling,  SMA  Pribadi Bandung;  Fausta  Anugerah  Dianparama,  SMA Negeri 1 Yogyakarta; dan  Moses  Mayer, SMA Jakarta Intercultural School.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IOI merupakan olimpiade sains di bidang informatika (khususnya pemrograman) yang diselenggarakan  setiap  tahun.  Ajang  bergengsi  ini pada tahun 2019 memasuki  tahun ke-31 dan dimulai 4 Agustus sampai 11 Agustus 2019.

Bersaing dengan 323  peserta lain dari 87  negara, tim Indonesia berhasil meraih 1 medali emas dari Amnu, 2 medali perak  dari Fausta dan  Vincent, dan 1 medali perunggu dari Moses  Mayer. Perolehan  ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-10, mengalahkan puluhan negara lain, seperti Singapura, Kanada, atau Australia.

Untuk mempersiapkan diri  mengikuti  IOI, tim  ini telah  mengikuti  pembinaan  selama berbulan-bulan, yang  dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Kementerian Pendidikan dan  Kebudayaan  bekerja sama dengan UI,  ITB, IPB, ITS, UGM dan Binus  University. 

Peran para alumni TOKI sangat besar pada proses persiapan dan pelatihan. Keempat siswa juga harus menjalani karantina dan pembinaan intensif untuk  memperbanyak latihan soal, diskusi dan pelatihan kesiapan mental bertanding.

Materi pembinaan, selain diisi oleh para dosen dari berbagai universitas, juga diisi  oleh  para alumni TOKI  dalam bentuk diskusi dan sparring partner. Para siswa juga  diikutsertakan dalam beberapa kegiatan latih tanding. Strategi ini terbukti meningkatkan prestasi tim Indonesia dari tahun ke tahun.

Pada prosesi penyerahan medali di Azerbaijan, Amnu dan kawan-kawan tersenyum bahagia melihat jerih payah dan hasil  latihan intensifnya berbuah manis. 

“Sejak terpilih menjadi TOKI, saya  berkomitmen untuk memberikan yang terbaik.  Tujuan pribadi saya adalah membuktikan kalau Indonesia tidak kalah dari negara lain  dalam hal  teknologi dan informatika,” kata Amnu yang sudah dua kali menyumbangkan medali di ajang IOI, yaitu medali perak pada IOI 2018, dan emas pada IOI 2019 kali ini.

“Walaupun dalam proses pelatihan sempat merasa lelah dan kangen keluarga, tapi sekarang saya sudah lega karena bisa memberikan kado untuk ulang tahun Indonesia, dan bisa kembali berkumpul bersama keluarga,” tambahnya.

Tantangan terbesar yang dihadapi TOKI adalah rasa gugup karena menghadapi negara-negara lebih maju yang sering dipandang lebih ahli. Tidak mau kalah sebelum  bertanding, Amnu, Vincent, Fausta, dan Moses berusaha untuk membulatkan tekad dan memupuk rasa percaya diri. Mereka pun tampil lepas dan tanpa beban. Panduan dan dukungan yang diberikan oleh tim delegasi juga membuat mereka selalu  bersemangat untuk mengikuti tahapa kompetisi dari hari ke hari.

Selain meraih medali, mereka juga sempat memperkenalkan budaya Indonesia dengan bermain angklung pada acara Malam Budaya IOI.

Adi Mulyanto, Dosen STEI ITB dan Pembina TOKI, yang juga sebagai ketua delegasi, serta Brian  Marshal, koordinator Ikatan Alumni TOKI, sebagai wakil ketua mengaku bangga melihat anak-anak didik yang berhasil membawa nama Indonesia ke kancah internasional. Dengan umur yang masih muda, mereka yakin para siswa ini dapat menjadi  pemimpin  dan talenta luar biasa yang akan memajukan Indonesia melalui informatika.

“Dengan pencapaian yang diraih dalam kompetisi IOI kali ini, kita patut memberikan penghargaan setinggi-tingginya untuk semangat, perjuangan dan juga pengorbanan yang telah dilakukan oleh para siswa, Pembina, Alumni dan Direktorat  Pembinaan  SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah bekerja keras dalam mengupayakan hasil yang maksimal demi mengharumkan nama baik bangsa dan negara,” kata Adi Mulyanto.

Secara khusus, Adi juga mengapresiasi bantuan moral dan pelatihan yang  diberikan oleh Ikatan Alumni Tim Olimpiade Komputer Indonesia (IA-TOKI). Beberapa alumni   TOKI  kini telah mencetak prestasi masing-masing, seperti Brian Marshal yang  mendirikan start-up SIRCLO dan Derianto Kusuma yang mendirikan unicorn Traveloka.

“Mereka telah membangun ikatan alumni yang solid, suportif, dan saling membantu.  Secara kompak, mereka mencurahkan waktu, tenaga, perhatian, dan pengalaman, untuk membimbing ‘adik kelas’ mereka,”  tambahnya.

Setelah menuntaskan partisipasi di  IOI 2019, saat ini Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah ajang olimpiade komputer (IOI) ke-34 pada tahun 2022 dan APIO 2020 yang akan datang. Pencapaian tahun ini secara otomatis akan menjadi pemicu semangat seluruh tim untuk terus meningkatkan  kualitas seleksi dan  proses pembinaan para siswa, sehingga Indonesia bisa sukses menyelenggarakan IOI dan menyabet medali sebanyak-banyaknya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus