Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Majalah Forbes menobatkan Mathieu Flamini sebagai pesepakbola terkaya di dunia dengan jumlah kekayaan sekitar Rp206,3 triliun. Dilansir dari Tempo.co, jumlah itu mengalahkan pesebakbola dunia lainnya, seperti Cristiano Ronaldo (Rp8,4 triliun). Namun, kekayaannya justru didapat bukan dari karier sepakbola nya, melainkan dari bisnis bio kimia GF Biochemicals bersama rekannya, Pasquale Granata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mathieu Flamini mendirikan perusahaan tersebut pada tahun 2008 saat ia bergabung di klub sepakbola AC Milan. Demi mengembangkan bisnis tersebut, ia menginvestasikan jutaan Euro untuk biaya penelitian, uji coba, pembangunan pabrik, dan gaji karyawan. Ditambah lagi, perusahaan tersebut adalah perusahaan pertama di dunia yang memproduksi Levulinic Acid (LA), bahan kimia pengganti bahan bakar minyak bumi untuk skala industri. Selain itu, LA juga dapat digunakan dalam industri kimia, kosmetik, bahan baku plastik, industri makanan, dan sebagainya. Baca: 2 Cara Menghindari Godaan Iklan di Media Sosial
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kini, perusahaan tersebut telah membuka kantor di Milan, Gellen (Belanda), dan Amerika serikat. Pada tahun 2015, ia mengatakan bahwa perusahaannya bisa bernilai sekitar 20 miliar poundsterling atau sekitar 389 triliun rupiah.
Siapa yang tidak ingin menjadi kaya? Bergelimangan uang dan harta serta memiliki kehidupan yang terlihat mudah. Menjadi orang sukses sekaligus kaya adalah sesuatu yang positif. Namun, bukan berarti kekayaan tidak memiliki sisi negatif tersendiri.
Menurut psikiater sekaligus direktur pusat kecemasan dan fobia di White Plains Hospital, Fredric Neuman, orang kaya memiliki masalah dua kali lipat lebih banyak dibandingkan orang yang memiliki penghasilan normal. Baca juga: Kecemasan Jadi Faktor Utama Sulit Tidur? Waspada Kanker Mengintai
Selanjutnya, dilansir dari Business Insider, ada beberapa permasalahan lain yang akan dihadapi seseorang saat yang bersangkutan memiliki terlalu banyak harta. Di antaranya adalah banyak pengorbanan, memicu sifat serakah dan gila kerja, diperlakukan berbeda dengan keluarga serta teman, kehilangan perspektif hidup, dan sebagainya.
BUSINESS INSIDER | FORBES | PSYCHOLOGY TODAY | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA