Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasien penyakit Minamata kongenital Shinobu Sakamoto, 61, berbicara kepada siswa sekolah menengah tentang penyakit Minamata di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 14 September 2017. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Pasien penyakit Minamata bawaan Isamu Nagai, melakukan tos dengan perawat di Oruge-Noa, sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Nagai lahir pada tahun 1957 dan tidak bisa berjalan karena kakinya karena bentuknya yang cacat. REUTERS/Kim Kyung-Hoon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasien penyakit Minamata kongenital Shinobu Sakamoto, saat berada di pusat rehabilitasi di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 14 September 2017. Hanya 528 orang yang selamat dari 3.000 korban penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Pasien penyakit Minamata bawaan Yuji Kaneko di Oruge-Noa, menyantap makanan di sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Kaneko lahir di Minamata pada tahun 1955 dan semua dari anggota keluarganya penderita penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Pasien penyakit Minamata kongenital Shinobu Sakamoto, dipakaikan sepaptu saat berada dirumahnya di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 14 September 2017. Limbah tersebut mengandung senyawa organik beracun, methylmercury, yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada otak dan sistem saraf. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Pasien penyakit Minamata kongenital Shinobu Sakamoto, bersama ibunya Fujie duduk di sebuah mobil saat mereka menuju sebuah rumah sakit di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 14 September 2017. Sakamoto adalah salah satu korban dari bencana industri tahun 1950 dimana puluhan ribu orang terkena racun air limbah dari pabrik kimia di teluk Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini