Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek selalu dinantikan orang-orang Tioghoa sebagai salah satu momen terbesar dalam tradisi mereka. Tradisi Imlek juga melambangkan keberuntungan dan doa untuk masa depan yang lebih cerah. Berbagai kegiatan khas, seperti pemberian angpao, makan malam bersama keluarga, serta pertunjukan barongsai dan kembang api, menjadi simbol harapan dan kebahagiaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sederet fakta tentang Imlek:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Identik dengan Warna Merah
Imlek kerap dihiasi dengan dominasi warna merah. Warna tersebut ternyata memiliki sejarah panjang serta makna simbolis yang mendalam. Dalam filsafat Cina, warna memiliki hubungan erat dengan lima elemen dasar dunia, di mana merah diasosiasikan dengan elemen api.
Dilansir dari Hindustan Times, kaitan warna merah dengan api menggambarkan sifat-sifat dinamis seperti kepemimpinan, rasa percaya diri, agresi, kepekaan berlebih, dan kesuksesan. Koneksi mendalam dengan elemen api ini menjadikan merah sebagai simbol kemakmuran dan keberuntungan dalam tradisi Tiongkok, khususnya selama perayaan Tahun Baru Imlek.
Secara historis, warna merah memiliki akar kuat dalam ritual kerajaan di berbagai dinasti Cina. Para kaisar sering meminta petunjuk dari peramal istana untuk menentukan warna yang membawa kemakmuran dan energi positif terbesar bagi pemerintahan mereka, dan merah selalu menjadi pilihan utama. Warna merah juga dipercaya mampu mengusir roh jahat.
2. Identik dengan Hujan
Perayaan Imlek sering kali dikaitkan oleh masyarakat Indonesia dengan hujan. Dalam kepercayaan Tionghoa, hujan di saat perayaan Imlek sering disebut pertanda akan datang banyak rejeki yang berlimpah.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Imlek selalu bertepatan pada Januari atau awal Februari, yang mana bulan tersebut bersamaan dengan musim hujan. Perayaan ini jatuh pada puncak musim hujan dengan curah yang tinggi, khususnya di Indonesia. Karena itu, secara ilmiah alasan Imlek sering turun hujan karena memang perayaannya tepat pada bulan yang menjadi waktu datangnya musim hujan.
Dikutip dari Antara, berdasarkan ahli Feng Shui, turunnya hujan deras dianggap akan mendatangkan keberuntungan, terutama bagi yang wilayahnya diguyur hujan maka keberuntungan akan melimpah ruah.
3. Beragam Sebutan
Di negara asalnya, Cina, perayaan Tahun Baru Imlek disebut sebagai Chunjie atau Festival Musim Semi. Di Indonesia, perayaan ini dikenal dengan nama Hari Raya Imlek. Sementaar itu, di negara-negara Korea Utara, Korea Selatan, dan Vietnam dikenal sebagai Lunar New Year.
4. Migrasi Manusia Terbesar
Dilansir dari National Geographic, Festival Musim Semi secara teknis berlangsung selama lima belas hari. Tapi, di Cina, perayaan ini menjadi hari libur terpanjang bahkan selama 40 hari. Selama liburan Imlek berlangsung, ratusan juta orang melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga dan merayakan tahun baru tersebut. Bahkan, hari libur ini dikenal sebagai migrasi manusia terbesar, sebab layanan transportasi umum seperti bandara dan kereta api dipadati oleh banyak orang.
5. Larangan Tabu saat Imlek
Di balik kegembiraan dan semangat perayaan Imlek, terdapat sejumlah larangan tradisional yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Tionghoa. Larangan-larangan ini tak hanya berfungsi menjaga kehormatan dan keselamatan selama perayaan, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam dalam budaya Tionghoa.
Dikutip dari China Highlights, berikut hal tabu yang dilarang saat Imlek:
- Menyapu
- Berobat atau minum jamu
- Menyantap bubur dan daging
- Mencuci dan memotong rambut
- Mencuci pakaian
- Memakai benda tajam
- Berkata negatif
- Pakaian warna gelap
- Memecahkan benda kaca
- Mengunjungi rumah sakit
- Meminjamkan uang
- Pembunuhan
6. Tanggal Perayaan Tidak Tetap
Tak ada tanggal tetap untuk perayaan Imlek di tiap tahunnya. Namun, seringnya berlangsung antara 21 Januari sampai 20 Februari. Meski secara resmi telah pindah ke kalender Gregorian seperti yang berlaku di seluruh dunia, penghitungan perayaan Imlek ditentukan berdasarkan kalender lunar.Karena itu, setiap tahun berbeda tanggal perayaan Imleknya.
Sukma Kanthi Nurani, Naomi A. Nugraheni, dan Khumar Mahendra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.