Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Alasan di Balik Tidak Sehatnya Daging Olahan, Termasuk Risiko Kanker

Daging olahan adalah yang sudah dimodifikasi agar umur simpannya lebih lama atau rasanya sudah diubah. Apa yang membuatnya diklaim tak sehat?

18 November 2023 | 17.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Makan daging sebenarnya tak bisa dibilang buruk karena banyak manfaatnya, seperti sumber asam lemak dan nutrisi macam zat besi, zinc, dan rangkaian vitamin B. Namun, tak semua jenis daging baik. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Daging merah, contohnya, sebenarnya adalah sumber protein berkualitas tinggi. Namun terlalu sering dikonsumsi bisa berisiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Bagaimana dengan daging olahan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yang terbayang saat menyebut daging olahan adalah daging sapi yang sudah digiling dan berbentuk kornet, sosis, atau isian hamburger. Padahal bukan itu masalahnya.

"Saat kondisinya segar, daging sapi atau ayam giling tak dikategorikan sebagai daging olahan," kata Dr. Donald Hensrud, editor “The Mayo Clinic Diet" kepada USA Today.

Daging olahan adalah yang sudah dimodifikasi agar umur simpannya lebih lama atau rasanya sudah diubah, seperti difermentasi atau diasap. Daging olahan juga berari sudah ditambah pengawet. Intinya, daging olahan adalah daging yang tak segar. Namun bukan berarti daging segar yang dimasukkan ke dalam kotak pembeku untuk dimasak kemudian bisa disebut daging olahan.

WHO sebut karsinogenik
Adakah jenis daging olahan yang lebih sehat dibanding jenis olahan lain? Daging olahan memang berisiko bagi kesehatan namun Hensrud menyebut hal itu juga tergantung jenis dagingnya. Contohnya daging merah yang pada dasarnya dianggap tak lebih sehat dari ikan dan ayam, maka versi olahannya pun dianggap lebih buruk. Namun ia menekankan belum ada penelitian khusus soal ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan daging olahan bersifat karsinogenik atau bisa memicu kanker. Tapi buat banyak orang, informasi itu tak cukup buat menjauhi daging olahan. Apalagi WHO tak menjelaskan seberapa besar zat karsinogenik itu dan berapa yang boleh dikonsumsi sebelum sampai pada kadar penyebab kanker. Orang pun terus mengonsumsi daging olahan walaupun mungkin tak sesering sebelum mereka mendengar soal risiko kanker.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus