Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kale adalah jenis sayuran berdaun hijau keluarga Brassica seperti kubis, kembang kol, dan brokoli. Sebenarnya ada 150 jenis kale namun jenis keriting yang paling umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kale populer karena sehat dan serbaguna, bisa dikonsumsi mentah, dipanggang, atau diblender. Kale juga tinggi vitamin dan mineral, rendah kalori, lezat dan warnanya indah," kata Caroline Susie, pakar diet dan juru bicara nasional untuk Academi Nutrisi dan Diet Amerika Serikat, kepada USA Today.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cina adalah produsen kale terbesar, diikuti Kanada dan Amerika Serikat, terutama di negara bagian California, diikuti Georgia, New Jersey, dan Texas, menurut The Produce Reporter. Apapun jenis yang disukai dan dari mana mendapatkannya, kale kaya manfaat kesehatan. Semangkuk kale mentah, misalnya, mengandung protein, serat, magnesium, fosfor, zinc, dan terutama tinggi kalsium dan potasium, menurut Departemen Pertanian AS (USDA).
"Konsentrasi kalsium yang tinggi membuat kale baik untuk menjaga tulang dan gigi yang kuat, dan potasium membantu sel-sel tetap terhidrasi dan menjaga energi untuk aktivitas harian," papar Dr. Carolyn Newberry, dokter dan pakar nutrisi di Pusat Medis Weill Cornell di Kota New York.
Susie menambahkan, "Kale juga tinggi vitamin A, C, dan K, juga antioksidan."
Vitamin A mendukung kesehatan mata, vitamin C untuk sistem imun, dan vitamin K penting untuk mencegah penggumpalan darah dan menyembuhkan luka, juga berperan dalam kesehatan tulang, tambahnya. Kalorinya pun rendah, hanya 8 kalori per mangkuk, plus tinggi serat.
Bisakah dimakan setiap hari?
Meski banyak manfaatnya, jangan makan kale berlebihan karena mengandung gula yang disebut rafinose yang sulit dicerna tubuh. Kemudian serat yang tinggi bisa memicu perut kembung, sembelit, dan rasa tak nyaman di perut, terutama bagi pemilik perut sensitif dan penderita sindrom iritasi usus (IBS).
"Penderita penyakit ginjal atau batu ginjal juga harus berhati-hati makan banyak kale karena tinggi oksalat dan potasium," pesan Newberry.
Sementara Susie mengingatkan orang yang mengonsumsi obat maag seperti antasida, pengencer darah, antibiotik, dan aspirin perlu berhati-hati dan perlu berkonsultasi dengan para farmasi, dokter, atau pakar diet untuk mendapatkan panduan. Selama dikonsumsi dalam jumlah wajar, tak ada masalah memasukkan kale ke dalam pola makan.
Pilihan Editor: Kale Vs Bayam, Mana yang Lebih Sehat dan Bergizi?