Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Anak Kurang Minum Air, Waspada Dampak Buruknya

Orang tua perlu waspada bila anak kurang minum air. Cek beberapa ciri anak alami dehidrasi.

13 Juni 2020 | 07.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi air es (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Air atau cairan memiliki peran yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Pada tubuh manusia, air atau cairan memiliki berbagai fungsi yang membantu agar organ – organ dapat bekerja dengan baik. Beberapa fungsi utama dari air atau cairan pada tubuh manusia yaitu membantu untuk membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh sel pada tubuh manusia; air juga dibutuhkan untuk proses pernafasan; mengatur suhu tubuh; membantu proses ekskresi melalui keringat, urin, dan feses; dan membantu fungsi dan perkembangan otak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kandungan air pada tubuh manusia di setiap rentang usia berbeda – beda. Manusia dewasa mengandung sekitar 60 persen cairan dari keseluruhan berat badannya, sementara 75 persen dari keseluruhan berat badan bayi adalah air, dan 65% dari berat badan anak adalah air. Begitu juga kebutuhan setiap orang akan air atau cairan juga berbeda – beda, tergantung pada usia dan aktivitasnya. Anak yang berada pada rentang usia 2-3 tahun membutuhkan sebanyak 1,3 liter cairan perharinya, sementara pada usia 4-8 tahun membutuhkan 1,4 – 1,6 liter cairan perharinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs, PT Johnsons & Johnson mengatakan selama masa pandemi COVID-19, semua orang tua penting untuk tetap produktif dan mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi mereka. Ia pun ingin tetap melakukan berbagai inisiatif yang dapat mengedukasi para orang tua. "Pada sesi kali ini, kami ingin mengingatkan kembali orangtua Indonesia bahwa penting untuk memperhatikan asupan cairan sehingga anak tetap terhidrasi,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 12 Juni 2020.

Kurangnya asupan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya total body water yang disebut dengan dehidrasi. Hal ini yang menyebabkan terganggunya performa fisik kognitif, konstipasi, gangguan pada fungsi ginjal, menyebabkan sinkop dan hipotensi ortostatik, pencetus terjadinya sakit kepala dan migrain, kelenturan kulit akan menurun dan kulit menjadi kering. Anak – anak cenderung lebih mudah mengalami dehidrasi daripada orang dewasa. Pada anak – anak sendiri, dehidrasi paling sering terjadi akibat infeksi virus atau bakteri yang menyebabkan diare ataupun muntah.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Ariani Dewi Widodo, menjelaskan dehidrasi terdiri atas dehidrasi derajat ringan-sedang dan dehidrasi berat. Keduanya memiliki gejala dan tanda yang berbeda sesuai derajat dehidrasinya. "Gejala dehidrasi yang dapat dilihat oleh orang tua di rumah antara lain ubun-ubun cekung pada bayi, buang air kecil sedikit dan pekat atau tidak ada sama sekali, air mata tidak keluar, dan tampak kehausan,”

Selain kehilangan cairan, dehidrasi juga menyebabkan seseorang kehilangan elektrolit (Na,K,Cl). Dan dehidrasi menyebabkan tubuh paling sering kehilangan natrium dan kalium yang berfungsi untuk membantu fungsi otot dan saraf, menyeimbangkan elektrolit di dalam tubuh manusia, menjaga pertumbuhan tubuh yang normal, dan mengontrol keseimbangan asam-basa tubuh maupun menjaga kesehatan jantung.

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada anak, maka orang tua harus lebih memperhatikan lagi asupan minum pada anak. Minum dan mengonsumsi makanan yang kadar airnya tinggi, seperti buah-buahan dan sayuran merupakan salah satu cara untuk menjaga anak agar tetap terhidrasi. Selain saat cuaca panas dan sedang beraktivitas ataupun bermain, air putih sendiri dapat diberikan secara rutin kepada anak pada pagi hari untuk membantu mengaktifkan organ dalam. Penting pula memberikan air putih 30 – 60 menit sebelum makan untuk membantu proses pencernaan; sebelum mandi untuk menurunkan tekanan darah; dan sebelum tidur.

Penanganan pertama dehidrasi pada anak adalah dengan memberikan cairan, dan untuk dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit diberikan Cairan Rehidrasi Oral (CRO) yang biasanya dikenal sebagai oralit. Tahun 2005, WHO merekomendasikan penggunaan CRO osmolaritas rendah (245 mOsm/L) untuk menggantikan versi oralit sebelumnya (311 mOsm/L). "Selain osmolaritas, faktor lain yang juga penting dalam keberhasilan pemberian oralit pada anak adalah volume, frekuensi pemberian, dan rasanya. Selalu perhatikan jumlah total asupan cairan harian anak agar mereka tetap terhidrasi,” kata Ariani.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus