Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bahaya Cacing Darah, Parasit yang Hidup di Dalam Tubuh Manusia

Ketahui bagaimana cacing darah bisa masuk ke dalam tubuh manusia dan apa bahaya cacing darah untuk kesehatan.

7 Desember 2020 | 13.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Cacing darah. Wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Cacing darah atau cacing trematoda atau Schistosoma merupakan parasit yang dapat hidup dalam darah atau organ tubuh manusia. Perlu diketahui, cacing darah tidak serta-merta hidup dan berkembang biak di dalam tubuh manusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prosesnya mulai dari larva parasit yang dilepaskan oleh siput air tawar. Larva tersebut kemudian menembus kulit saat seseorang bersentuhan dengan air yang terinfeksi. Lantaran memiliki perantara siput tadi, maka penyakit ini disebut juga dengan Schistosomiasis atau demam siput.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di dalam tubuh, larva berkembang menjadi Schistosoma dewasa. Cacing darah dewasa hidup di pembuluh darah, cacing betina melepaskan telur. Beberapa telur keluar dari tubuh melalui fases atau urine dan melanjutkan siklus hidup parasit. Dari sinilah penularan berpotensi terjadi.

Penyakit ini dapat menular jika penderita Schistosomiasis tadi mencemari sumber air tawar dengan kotoran mereka yang mengandung telur parasit. Telur parasit ini menetas dalam air kemudian melekat dan dilepaskan oleh siput air tawar ke manusia melalui kulit. Begitu seterusnya.

Adapun cacing darah yang masih terperangkap dalam jaringan tubuh, akan memicu kerusakan progresif pada organ. Bahaya cacing darah dapat mengakibatkan kerusakan hati, gagal ginjal, ketidaksuburan, atau kanker kandung kemih. Pada anak-anak, bahaya cacing darah adalah keterlambatan dalam tumbuh kembang.

Penyakit cacing darah umumnya terjadi di negara-negara terbelakang dengan sanitasi yang kurang bagus dan anak-anak yang bermain di air yang terkontaminasi. Kelompok yang berisiko tinggi terkena penyakit Schistosomiasis termasuk petani, nelayan, dan orang-orang yang menggunakan air yang tidak bersih dalam kehidupan sehari-hari.

Data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebutkan penularan penyakit Schistosomiasis sebagian besar terjadi di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Pada 2016 sekitar 204,6 juta orang membutuhkan perawatan pencegahan penyakit Schistosomiasis. Caranya, dengan memberikan akses air bersih, membenahi saluran sanitasi di permukiman kumuh, dan membasmi siput yang menjadi perantara parasit.

LIVE SCIENCE | WHO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus