Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hampir semua orang mungkin pernah mengalami kondisi medadak telinga berdenging. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan pemakaian headphone atau earbuds terlalu lama, benarkah?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, dilansir cari CNA perangkat peredam bising memiliki mikrofon internal untuk menganalisis suara di sekitar dan menghasilkan gelombang suara yang berlawanan untuk menetralkannya. Secara umum, ada beberapa perangkat audio yang menghadirkan teknologi ini misalnya earphone, earbuds, dan headphone.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun Soo Ying Pei, kepala Audiologi di Rumah Sakit Alexandra mengatakan perangkat peredam bising, jika digunakan dengan tepat, tidak akan membahayakan pendengaran. Beda halnya apabila Anda memaksimalkan volume pada earphone peredam bising pada 105 desibel (atau dB) hingga 110dB selama 5 menit.
“Hal ini berpotensi menyebabkan gangguan pendengaran akibat bising, yang mirip dengan seseorang yang terpapar lingkungan yang bising,” kata Soo, mengutip sebuah penelitian di Harvard pada 2020.
Pada dasarnya penggunaan peredam bising memiliki sisi positif dan negatif. Menurut April Chong, direktur Clinical Excellence dan audiolog senior di WS Audiology kendati peredam bising dapat mengurangi gangguan di lingkungan yang bising, pengguna masih banyak yang meningkatkan volume musik mereka untuk lebih menutupi suara dari luar.
“Meskipun peredam bising membantu mengurangi gangguan latar belakang, banyak pengguna yang masih meningkatkan volume musik mereka di lingkungan yang bising, seperti di transportasi umum atau di pusat perbelanjaan, untuk lebih menutupi suara dari luar,” kata Chong dilansir dari CNA Lifestyle pada Selasa, 18 Maret 2025.
Namun, sisi positifnya, di lingkungan yang bising, pengguna earphone tradisional cenderung meningkatkan volume yang mereka sukai, sementara pengguna earphone peredam bising aktif tidak melakukannya.
“Hal ini menunjukkan bahwa perangkat peredam bising dapat membantu melindungi telinga kita,” kata Dr Neo Wei Li, seorang konsultan rekanan dari Departemen Otorhinolaringologi-Bedah Kepala dan Leher di Rumah Sakit Umum Sengkang.
Sepaham dengan pernyataan tersebut, Dr Gary Lee, kepala Audiologi di Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong menyebut menggunakan headphone dengan teknologi peredam bising lebih baik daripada headphone biasa. ”Karena jika headphone dapat mengurangi kebisingan sekitar, Anda tidak perlu menaikkan volume musik sehingga mengurangi risiko merusak pendengaran Anda,” ujar Dr Lee
Peredam bising terkait dengan tinitus?
Dr Gary Lee menjelaskan tinitus muncul ketika manusia mendengar suara tanpa adanya suara dari luar, dia menyebut hal tersebut merupakan hal yang alami terjadi.
“Ini adalah suara internal yang dihasilkan oleh otak sebagai mekanisme kompensasi jika tidak ada rangsangan pendengaran. Ini adalah fenomena alami,” kata Dr Lee.
Lebih lanjut, Dr Neo menuturkan, penyebab umum munculnya denging di telinga adalah gangguan pendengaran frekuensi tinggi yang memicu peningkatan aktivitas di otak. “Salah satu penyebab umumnya adalah gangguan pendengaran frekuensi tinggi, yang menyebabkan peningkatan aktivitas di otak, yang berpotensi menyebabkan suara hantu,” ujar Dr Neo.
Haruskah penggunaan perangkat peredam bising dibatasi?
“Penggunaan perangkat ini dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penumpukan kotoran telinga karena telinga tersumbat,” kata Soo. “Saat telinga tersumbat, panas dan penumpukan keringat dapat meningkatkan risiko infeksi telinga.”
Dia melanjutkan, penggunaan headphone atau earbuds dalam jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan. “Selain itu, Anda mungkin mengembangkan ketergantungan pada perangkat ini di mana ketidakhadirannya dapat menyebabkan kecemasan dan frustrasi”.
Dr Lee juga menuturkan bahwa tidak dapat mendengar suara bising di sekitar juga dapat mengurangi kesadaran situasional dan kemampuan untuk merespons sinyal keselamatan. “Kewaspadaan yang berlebihan terhadap suara juga bukan kebiasaan yang baik karena dapat menyebabkan hiperakusis, yaitu intoleransi yang tidak normal terhadap setiap suara,” ujar Dr Lee.
Agar lebih aman, Soo merekomendasikan untuk beralih ke mode transparansi seperti yang ada di AirPods untuk memungkinkan beberapa tingkat kebisingan latar belakang. “Tujuannya bukan untuk menutupi suara eksternal secara keseluruhan, tetapi untuk meningkatkan kemampuan Anda untuk mengabaikannya,” katanya.
Mengenai volume, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan tidak lebih dari 40 jam suara pada 80dB atau lebih tinggi untuk orang dewasa, dan 75dB untuk anak-anak, kata Dr Neo. Namun, lanjut dia, sebuah penelitian menemukan banyak orang dewasa muda mendengarkan dengan volume antara 71dB dan 105dB, hingga 58 persen melebihi batas aman.
Karenanya, aturan praktis yang baik, kata Dr Neo, adalah menjaga volume pada perangkat audio pribadi tidak lebih dari 60 persen dari tingkat maksimum.