Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Cara Jepang Manfaatkan Anime Populer untuk Menarik Kunjungan Wisatawan Asing

Jepang sekarang telah mencabut kontrol perbatasan Covid-19 untuk semua kedatangan dan berharap peningkatan kunjungan.

22 Mei 2023 | 22.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Poster manga The First Slam Dunk. Foto: Wikipedia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan pariwisata dan pemerintah daerah Jepang berupaya memanfaatkan hit box office anime seperti "The First Slam Dunk" dan "Suzume" untuk menarik wisatawan domestik dan asing, termasuk dari Cina dan Korea Selatan, ke lokasi kehidupan nyata yang terkait dengan film.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trip.com Group Ltd, agen perjalanan daring terbesar di Cina, telah meluncurkan kampanye promosi daring, bertepatan dengan peluncuran "The First Slam Dunk" pada akhir April di Cina. Harapannya, itu dapat mempromosikan pariwisata di lokasi yang terkait dengan pemandangan dari original Slam Dunk, serial anime dan manga televisi bola basket klasik dari tahun 1990-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu lokasi populer adalah persimpangan indah yang menghadap ke laut di Kamakura, sebuah kota tepi laut di Prefektur Kanagawa, selatan Tokyo, terkait dengan adegan pembuka di anime TV Slam Dunk. Dalam adegan itu, tokoh protagonis, yaitu Hanamichi Sakuragi berdiri di depan versi animasi dari persimpangan kereta api.

Dalam beberapa tahun terakhir, penggemar berbondong-bondong ke persimpangan di Stasiun Kamakura Kokomae, termasuk pada hari kerja. Tren ini tampaknya akan berlanjut karena pariwisata dalam negeri kembali ke tingkat pra-pandemi.

Jepang sekarang telah mencabut kontrol perbatasan Covid-19 untuk semua kedatangan. Cina juga mengakhiri kebijakan "nol-COVID" yang ketat awal tahun ini dan membuka jalan bagi orang-orang dari negara tersebut untuk bepergian ke luar negeri, meskipun tur kelompok ke Jepang belum dilanjutkan.

"Film itu membuatku ingin pergi ke Jepang," kata seorang penggemar China di halaman akun Weibo resmi Trip.com.

Persimpangan di Kamakura itu adalah salah satu dari banyak tempat yang dikunjungi penggemar sebagai bagian dari seichi junrei yang berarti "ziarah suci". Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan fenomena penggemar mengunjungi lokasi yang menjadi inspirasi atau terinspirasi oleh anime, film dan drama televisi Jepang yang terkenal.

Zen Chai, yang melakukan perjalanan ke Jepang dari Singapura adalah salah satu dari puluhan pengunjung di sepanjang trotoar yang menghadap ke penyeberangan pada akhir April. Yang lainnya berasal dari Cina, Korea Selatan, Taiwan dan Hong Kong.

Chai, 33, mengatakan dia bersemangat karena akhirnya melihat tempat yang mengingatkan kenangan indahnya dari Slam Dunk yang asli, anime yang mengingatkannya pada masa-masa sekolahnya saat bermain bola basket. Penggemar lain, Hsinchi Wang, 45, berkata, "Ini sangat populer di Taiwan. Ada nostalgia sekolah menengah."

Menurut Takeshi Okamoto, seorang profesor di Departemen Sosiologi Terapan Universitas Kindai di Prefektur Osaka, hal-hal yang dinikmati orang selama masa kanak-kanak menjadi bagian dari identitas mereka. "Sebagai orang dewasa, orang bisa terdorong oleh rasa nostalgia untuk mengunjungi tempat-tempat yang terkait dengan kenangan masa kecil mereka," kata dia.

Dengan pembatasan Covid-19 yang menyebabkan banyak orang tinggal di dalam rumah, Okamoto mengatakan pandemi juga menyebabkan orang berlangganan situs streaming, seperti Netflix dan menonton lebih banyak anime daripada biasanya. "Sekarang banyak orang ingin pergi ke Jepang, mengingat kembali masa-masa sulit saat menonton anime (masa pandemi),” ujarnya.

Pada 15 Mei, penjualan box office untuk "The First Slam Dunk" mencapai US$ 91 juta dengan jumlah penonton mencapai sekitar 17,6 juta, menurut aplikasi data film lokal Maoyan Professional.

Sama-sama populer di Cina dan Korea Selatan adalah "Suzume," sebuah film anime yang mengikuti perjalanan seorang gadis SMA dari Kyushu, Jepang barat daya, ke utara negara dalam upaya untuk menutup berbagai pintu atau portal supranatural untuk mencegah bencana. Pintu pertama dalam film Makoto Shinkai, yang terinspirasi dari gempa bumi dan tsunami tahun 2011 yang melanda wilayah Tohoku di timur laut Jepang, konon terlihat seperti sisa lokomotif-lokomotif di kota Kusu, Prefektur Oita.

Keita Shinkawa, dari asosiasi pariwisata kota, mengatakan hubungan dengan Suzume adalah kesempatan untuk meningkatkan pariwisata di daerah tersebut. "Saya harap pengunjung juga akan melihat dan menghargai berbagai pesona kota lainnya," kata dia.

Replika pintu dari film tersebut telah dipasang di kota Yamada di Prefektur Iwate, lokasi lain yang terkena dampak parah akibat bencana tersebut. Asosiasi tersebut berharap para pengunjung dapat melihat bagaimana penduduk kota pelabuhan di pantai Sanriku, yang memiliki sejarah tsunami, telah bertahan selama periode rekonstruksi.

Pada 2019, sebelum pecahnya pandemi Covid-19 yang berarti penutupan perbatasan di seluruh dunia, Jepang menyambut hampir 10 juta pengunjung dari Cina daratan. Mereka merupakan kelompok terbesar di antara semua pengunjung asing dan berjumlah 30 persen dari semua turis yang datang.

Awal tahun ini, Cina membuka kembali perbatasannya dan melanjutkan tur grup ke luar negeri. Tetapi Jepang tidak termasuk di antara 60 negara yang ditetapkan Beijing sebagai tujuan wisata resmi. Sementara Jepang masih dianggap sebagai salah satu tujuan perjalanan yang paling diinginkan banyak orang di Cina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand.

Thailand sangat menyambut turis Cina. Wakil perdana menterinya secara pribadi menyapa kelompok pertama pelancong yang masuk setelah mereka mendarat pada Januari lalu dan pelancong individu dari Cina dapat memperoleh visa saat kedatangan saat memasuki negara tersebut.

Shintaro Chaya, kepala perwakilan dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang di kantor Beijing, mengatakan, "Kita tidak boleh berasumsi bahwa wisatawan pasti akan datang ke Jepang," ujarnya.

Penggemar yang terlalu antusias juga menjadi penyebab kekhawatiran di kalangan penduduk setempat. Persimpangan di Kamakura, misalnya, telah menjadi tujuan yang sangat populer sehingga sebuah tanda yang ditulis dalam bahasa Jepang, Inggris dan Mandarin telah dipasang di dekatnya yang meminta orang untuk mematuhi peraturan keselamatan, seperti meminta mereka untuk tidak berjalan di atas rel kereta.

Okamoto menyerukan keseimbangan antara turis dan penduduk. "Ketika pengunjung mengalami pertemuan yang menyenangkan dalam perjalanan mereka dan pulang dengan kenangan indah, mereka ingin kembali (berwisata)," kata dia.

JAPAN TODAY

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus