Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan, dr Ery Suhaymi SpB, mengingatkan ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penanganan stunting bukan saat anak itu lahir tetapi justru ketika masih di dalam kandungan," ujarnya, Sabtu, 27 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cukup nutrisi membuat perkembangan janin bisa optimal. Namun, dia menilai itu mesti diiringi pemeriksaan rutin ke dokter kandungan supaya kesehatan janin dapat dipantau.
"Ada namanya pemeriksaan kehamilan rutin dan itu selalu disarankan dokter. Selain menjaga kesehatan janin dan perkembangannya, hal itu juga untuk melihat kecukupan nutrisi ibu," jelasnya.
Lebih baik mencegah
Menurutnya, sejatinya ketika anak lahir dalam kondisi stunting atau terganggu pertumbuhan tubuh dan otaknya akibat kurang gizi penanganan bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisinya. Akan tetapi, hal tersebut butuh waktu karena memerlukan berbagai terapi, misalnya pemberian obat untuk penyakit yang muncul, pemberian gizi, nutrisi, suplemen, serta imunisasi. Idealnya, umur anak juga harus di bawah 5 tahun agar penanganan stunting dapat memberikan hasil maksimal.
"Stunting dapat ditangani tetapi lebih bagus mencegah daripada mengobati," tutur Ery.
Hingga 2024, Indonesia masih terus berurusan dengan stunting. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegahnya dmulai dari memberikan edukasi sampai memastikan layanan kesehatan yang memadai. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan pada 2023 jumlah keluarga berisiko stunting di Indonesia turun hingga lebih dari 1,6 juta keluarga dibanding tahun sebelumnya. Pada 2023 ada 11.896.367 keluarga berisiko stunting di Indonesia, lebih rendah dari 2022 sebanyak 13.123.418 keluarga.
Pilihan Editor: Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak