Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Demensia Sebabkan Kebiasaan Makan Abnormal, Seperti Apa?

Hati-hati, demensia bisa menyebabkan kebiasaan makan yang abnormal, bahkan cenderung berbahaya. Simak penjelasan peneliti.

24 Juni 2020 | 05.45 WIB

Ilustrasi lansia makan sayur. Shuttterstock
Perbesar
Ilustrasi lansia makan sayur. Shuttterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti di Italia menemukan gejala khas dari demensia frontotemporal (FTD) atau penyakit neurodegeneratif yang dapat mengganggu kemampuan kepribadian, pengambilan keputusan, bahasa, atau gerakan, dan biasanya dimulai antara usia 45 dan 65 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tinjauan sistematis dilakukan oleh Peneliti SISSA, Marilena Aiello, bekerja sama dengan Vincenzo Silani (IRCCS Istituto Auxologico Milan) dan Raffaella Rumiati, profesor SISSA dan koordinator laboratorium iNSuLa (Neuroscience and Society), bertujuan untuk memberikan wawasan tentang mekanisme otak yang menghasilkan gejala-gejala ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian yang mencoba menjelaskan lebih lanjut tentang demensia frontotemporal telah mengungkap berbagai kebiasaan makan abnormal pada penderitanya. Menurut ulasan yang diterbitkan di majalah Neurocase, demensia frontotemporal dikaitkan dengan berbagai perilaku makan abnormal seperti hiperfagia, fiksasi pada satu jenis makanan, bahkan menelan benda mati yang dapat membuat kondisi menjadi lebih buruk.

Ada pula yang mengalami peningkatan nafsu makan secara normal, hingga makan berlebihan yang tidak terkontrol, kurangnya rasa kenyang, perubahan dalam preferensi makanan dan menelan benda. Bahkan dalam pengamatan ada yang mencuri makanan dari piring orang lain.

Dari analisis studi, para peneliti mengaitkan area otak tertentu, termasuk orbitofrontal cortex dan kemungkinan besar hipotalamus, area otak yang mengatur interaksi antara jumlah makanan yang dikonsumsi dan homeostasis energetik, yang mengacu pada stabilitas atau keseimbangan di dalam sel atau tubuh.

"Asal mula anomali makanan pada demensia frontotemporal kemungkinan karena banyak faktor. Ini mungkin melibatkan perubahan sistem saraf otonom, yang ditandai dengan penilaian sinyal tubuh yang berubah, seperti rasa lapar, kenyang, dan nafsu makan," kata Aiello, dilansir dari Express UK.

Lantas apa yang perlu dilakukan setelah mengenali gejalanya? Menurut NHS, lebih baik segera mengunjungi dokter umum jika merasa memiliki gejala awal demensia.

"Jika khawatir tentang orang lain, dorong mereka untuk membuat janji dengan dokter umum dan mungkin menyarankan untuk pergi bersama mereka," saran badan kesehatan Inggris itu.

Sebagaimana dicatat oleh situs kesehatan, dokter umum dapat melakukan beberapa pemeriksaan sederhana untuk mencoba mencari tahu penyebab gejala, dan mungkin merujuk ke spesialis untuk tes lebih lanjut.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus