Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Disforia Gender Bukan Penyakit, Mengapa Tetap Disarankan Periksa ke Psikiater?

Disforia gender masih belum banyak yang paham. Apa itu?

2 Desember 2024 | 15.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASALAH gender adalah salah satu hal yang paling kompleks karena meliputi banyak faktor. Salah satu kondisi yang masih belum begitu banyak dipahami adalah disforia gender atau kondisi pertentangan dalam diri seseorang lantaran perbedaan antara jenis kelamin dengan identitas gender yang diidentifikasi. Lantas bagaimana gejala dan pemicu kondisi tersebut?

Dilansir dari laman nhs.uk, disforia gender sebagaimana yang diketahui adalah kondisi yang menyebabkan tekanan dan ketidaknyamanan bagi siapa saja yang mengalaminya, karena disebut-sebut mengalami ketidaksesuaian antara jenis kelamin biologis dan identitas gendernya.

Identitas gender merujuk pada rasa yang dialami seorang tentang siapa dirinya dan bagaimana dia melihat serta menggambarkan dirinya sendiri. Kebanyakan orang mengidentifikasi diri sebagai "laki-laki" atau "perempuan". Identitas ini terkadang disebut identitas "biner".

Tetapi beberapa orang bisa merasa bahwa identitas gender mereka berbeda dari jenis kelamin biologis mereka. Misalnya, sebagian orang mungkin memiliki alat kelamin laki-laki dan rambut wajah tetapi tidak mengidentifikasi diri sebagai laki-laki atau merasa maskulin.

Sedangkan sebagian lain mungkin memiliki alat kelamin dan payudara wanita tetapi tidak mengidentifikasi diri sebagai wanita atau merasa feminin. Beberapa orang tersebut tidak mendefinisikan diri mereka sebagai orang yang memiliki identitas "biner". Bagi mereka, konsep gender tidak relevan dengan identitas mereka.

Selain itu, banyak orang dengan disforia gender memiliki keinginan kuat dan bertahan lama untuk menjalani kehidupan yang "sesuai" atau mengekspresikan identitas gender mereka. Mereka melakukan ini dengan mengubah cara mereka berpenampilan dan berperilaku.

Tak hanya itu, beberapa orang dengan disforia gender, tetapi tidak semua, mungkin ingin menggunakan hormon dan terkadang operasi untuk mengekspresikan identitas gender mereka. Para ahli menyebut disforia gender bukan penyakit mental, tapi beberapa orang mungkin mengalami masalah kesehatan mental karena disforia gender.

Pemicu

Menurut Healthline, penyebab pasti disforia gender sejauh ini masih disebut tidak jelas. Tidak ada bukti konklusif yang menunjukkan bahwa hal itu bersifat genetik atau lingkungan, tetapi seperti banyak kondisi kompleks lainnya, kemungkinan besar hal itu dipengaruhi oleh keduanya.

Beberapa profesional medis berusaha menentukan penyebabnya sebagai faktor genealogis, neurobiologis, atau lingkungan, namun disforia gender disebut tidak akan terjadi jika bukan karena kekakuan budaya seputar biner gender yang didefinisikan sebagai laki-laki dan perempuan.

Gejala dan Diagnosis

Laman WebMD membeberkan kondisi disforia gender bisa dialami siapa saja. Pada anak-anak, gejala-gejala ini mencakup setidaknya enam hal berikut:

  • Bersikeras atau sangat menginginkan jenis kelamin yang berbeda dari yang ditetapkan saat lahir 
  • Ingin mengenakan pakaian sesuai dengan gender yang mereka identifikasi 
  • Sangat menyukai teman yang berjenis kelamin sesuai dengan identitasnya 
  • Sangat menyukai mainan, aktivitas, dan permainan yang biasanya ditujukan pada gender yang mereka identifikasi 
  • Preferensi untuk peran lintas gender saat bermain atau berpura-pura, 
  • Menolak mainan, permainan, dan aktivitas maskulin atau feminin yang tidak sesuai dengan identitas gender mereka 
  • Ketidaksukaan yang mendalam terhadap alat kelamin yang mereka miliki sejak lahir
  • Keinginan kuat terhadap ciri-ciri seks, seperti payudara atau penis, yang sesuai dengan identitas gender mereka 

Sedangkan pada  remaja  dan orang dewasa, diagnosis memerlukan setidaknya dua dari ciri-ciri berikut ini:

  • Kepastian bahwa jenis kelamin mereka tidak sesuai dengan tubuh fisik mereka
  • Keinginan kuat untuk menghilangkan alat kelamin dan ciri-ciri seks lainnya
  • Dorongan kuat untuk memiliki karakteristik seks dari gender yang mereka identifikasi
  • Keinginan kuat untuk menjadi gender yang berbeda
  • Keinginan kuat untuk diperlakukan sebagai jenis kelamin yang berbeda
  • Keyakinan mendalam bahwa perasaan dan reaksi mereka sesuai dengan identitas gender mereka 

Sebagaimana yang telah dijelaskan, disforia gender bukanlah suatu penyakit. Namun, tekanan yang ditimbulkannya mungkin terkait dengan masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, skizofrenia, depresi,  gangguan penyalahgunaan zat,  gangguan makan, hingga upaya bunuh diri. Beberapa perkiraan menyebutkan bahwa 7 dari 10 orang dengan disforia gender akan memiliki diagnosis kesehatan mental lain dalam hidup mereka.

Oleh sebab itu, orang yang memiliki kondisi disforia gender sebaiknya tetap menemui dokter untuk melakukan pemeriksaan. Tujuannya bukanlah untuk mengubah perasaan seseorang tentang gendernya. Sebaliknya, pengobatan ditujukan untuk mengatasi tekanan dan masalah emosional lainnya.

Terapi "berbicara" dengan psikolog atau psikiater merupakan bagian penting dari perawatan disforia gender. Banyak orang juga memutuskan untuk mengambil setidaknya beberapa langkah agar penampilan fisik mereka sesuai dengan perasaan mereka. Kondisi disforia gender memang tidak seperti kondisi lainnya, namun jumlah orang yang dirujuk dan didiagnosis dengan kondisi tersebut telah meningkat pesat selama dekade terakhir. Pada tahun 2018-2019 sekitar 8.000 orang dirujuk ke layanan disforia gender dewasa di Inggris, dikutip dari nhs.uk.

Ni Made Sukmasari berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan Editor: Ramai-ramai Mendampingi Korban Kekerasan Gender Siber 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus