Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Disforia kondisi depresi yang disertai kecemasan. Kondisi ini lawan dari euforia. Orang yang mengalami disforia merasa sering gelisah atau semacam diliputi perasaan ketakpuasan yang mendalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip publikasi What Are the Symptoms of Dysphoria? dalam MedicineNet, disforia merupakan tanda-tanda depresi. Kondisi ini mempengaruhi suasana hati seperti keinginan menangis, gangguan nafsu makan atau tidur, dan mudah bosan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang yang mengalami disforia sering berpikiran negatif yang tidak realistis atau tak masuk akal. Disforia menyebabkan munculnya pandangan yang suram.
Ada berbagai faktor berlainan yang menyebabkan disforia, dikutip dari Verywell Mind. Merujuk publikasi What Is Dysphoria? kehilangan orang yang disayangi, lingkungan kerja penuh tekanan, atau konflik keluarga bisa menyebabkan disforia.
Beberapa kondisi kesehatan fisik dan efek samping dari obat-obatan atau penggunaan zat juga mengakibatkan disforia. Sekitar 70 persen orang dengan ketergantungan alkohol merasakan disforia selama gangguan suasana hati.
Kandungan zat dalam tembakau juga dikaitkan dengan disforia. Kondisi itu berhubungan tingkat ketergantungan tembakau yang sangat tinggi dan hambatan besar untuk berhenti merokok.
Disforia bermungkinan cepat berlalu. Kondisi ini tergolong gejala ringan. Walaupun berkaitan depresi, tapi gejalanya tak berlanjut makin berat.
Adapun disforia jangka panjang segera membutuhkan bantuan ahli medis. Tak hanya perawatan profesional, ada juga pengelolaan gaya hidup yang bermanfaat mengatasi perasaan disforia. Misalnya, konsumsi makanan yang sehat, berlatih aktivitas fisik, dan mengisi waktu menyenangkan dengan orang lain.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.