Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari Epilepsi Internasional diperingati setiap 12 Februari. Konsultan senior ahli saraf dan kepala Departemen Neurologi Rumah Sakit Global di Mumbai, India, Dr. Pankaj Agarwal menyampaikan lima mitos dan fakta seputar kejang dan epilepsi. Dia menjelaskan pentingnya memahami epilepsi bukan hanya menyebabkan kejang sesekali tetapi juga berdampak pada kondisi fisik, mental, dan emosional penderita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kurangnya kesadaran ini dapat menyebabkan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap mereka yang hidup dengan epilepsi sehingga semakin memperumit kehidupan sehari-hari," kata Agarwal, dikutip dari Hindustan Times.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, pemahaman yang tidak memadai tentang epilepsi dapat menyebabkan pengobatan yang tertunda atau tidak tepat bagi yang mengalami kondisi tersebut. Karena itu, Agarwal menjelaskan beberapa mitos dan fakta tentang epilepsi.
Mitos 1: Epilepsi sangat jarang terjadi di dunia
Faktanya, epilepsi berdampak pada jutaan orang dan merupakan kelainan neurologis yang umum. Faktor seperti cedera kepala, infeksi otak, stroke, tumor otak, penyakit Alzheimer, malformasi otak, dan kecenderungan genetik berkontribusi terhadap perkembangannya.
Mitos 2: Epilepsi dan kejang sama saja
Faktanya, kejang dapat terjadi ketika ada gangguan sementara pada aktivitas listrik otak dan hanya sedikit orang yang mengalami kejang pada tahap tertentu dalam hidup. Penting untuk diperhatikan bahwa mengalami kejang tunggal tidak selalu mengindikasikan epilepsi. Kondisi epilepsi adalah kelainan neurologis yang ditandai dengan kejang berulang.
Mitos 3: Epilepsi selalu menyebabkan kejang-kejang, yang mencakup gemetar dan gerakan menyentak
Faktanya, kejang dapat muncul dalam berbagai bentuk dan masing-masing memiliki gejala yang berbeda, dapat berupa gejala motorik seperti gerakan menyentak, kelemahan atau kekakuan otot, dan kedutan. Gejala nonmotorik juga dapat terjadi, seperti tatapan mata yang ganjil, perubahan sensasi, emosi, pemikiran atau kognisi, dan berkurangnya gerakan.
Mitos 4: Epilepsi selalu dipicu lampu berkedip, video gim, atau stres
Faktanya, bentuk epilepsi tersebut lebih banyak terjadi pada yang lebih muda dan frekuensinya cenderung menurun seiring dengan pertambahan usia. Pemicu kejang berbeda antarorang dan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti kurang tidur, stres, konsumsi alkohol atau obat-obatan, demam atau penyakit, perubahan hormonal, nutrisi, atau obat-obatan tertentu.
Mitos 5: Epilepsi adalah kondisi kejiwaan
Faktanya, epilepsi merupakan kelainan neurologis yang disebabkan aktivitas listrik otak yang tidak normal dan sering kali disertai depresi dan kecemasan.
Pilihan Editor: Tak Perlu Panik Anak Kejang, Simak Saran Dokter