Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film Joker saat ini sedang tren. Hampir semua orang memamerkan kegiatannya setelah menonton film Joker di media sosial. Ada yang memamerkan tiket, atau kisah sedih singkat Joker. Ada pula yang memamerkan kutipan terkenal kesimpulan tentang kisah hidup Joker: ‘Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti’. Namun, apakah kutipan ini benar dari segi ilmu kesehatan jiwa?
Dokter spesialis kesehatan jiwa Heriani mengatakan bahwa kutipan itu mungkin benar. Namun, kutipan tersebut tidak bisa disamakan untuk setiap orang. “Frase atau kuot itu hanya berlaku kepada mereka yang lemah dari segi jiwa dan pribadi,” kata Heriani dalam acara Prevent Suicide by Loving Yourself di Jakarta pada 9 Oktober 2019.
Menurut Heriani, bagi orang-orang lemah jiwa dan pribadi itu, tantangan dalam hidup membuat fungsi otak bagian depan (lobus frontalis) terganggu. “Mereka mungkin terlalu stres. Seperti yang di film Joker, apa yang dilakukan selalu dibatasi. Dia juga tidak pernah dihargai dan didengarkan. Bagi mereka yang lemah, lobus frontalis akan ikut bermasalah,” katanya.
Dengan lobus frontalis yang terganggu, seseorang pun akan melakukan banyak kesalahan dalam beraktivitas. Pandangannya juga selalu negatif dan tidak terarah. Hal inilah yang menyebabkan individu dinilai kurang berkenan atau jahat di mata masyarakat. “Dia jadi terlihat berbeda karena aktivitasnya selalu nyeleneh,” katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, perawatan dengan obat wajib dilakukan. Memang, hal ini tidak akan menyembuhkan. Namun, mengkonsumsi obat secara teratur bisa mengurangi gangguan yang dialami. “Tidak bisa sembuh tapi bisa dikurangi dengan rajin minum obat. Kalau tidak, nanti masalahnya kumat lagi,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini