Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun bir baru dikenal orang-orang Eropa pada abad pertengahan, namun bagaimana bila ragi untuk membuat bir diambil pada masa Nabi Daud, atau sekitar 5.000 tahun lalu -- yang terdapat di Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Itulah yang dilakukan Ronen Hazan dan Yuval Gadot dari Universitas Yerusalem. Sebagaimana dinukil dari CNN Travel, mereka memiliki ide untuk mengaktifkan kembali ragi, yang diambil dari pot tanah liat yang ditemukan di dekat situs arkeologi Tell es Safi/Gath.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Situs ini diyakini sebagai kota kuno Gath, rumah bagi orang-orang Filistin atau bangsa Palestina. Bahkan, para sejarawan percaya, kota itu merupakan tanah kelahiran Goliath raksasa, yang - menurut Injil dan Alquran - dikalahkan dalam pertempuran oleh David atau Nabi Daud kecil.
"Saya pikir, wow, itu semacam keajaiban bahwa ragi yang bertahan ribuan tahun dalam pot ini. Luar biasa," kata Hazan. Bir membutuhkan waktu delapan minggu untuk difermentasi. Namun kali ini, mereka membuat fermentasi lebih cepat, mengingat ragi telah disiapkan selama ribuan tahun.
Salah satu penguji rasa menggambarkan bir itu "sangat menarik" dan serasa buah seperti kacang dan pisang. Yang lain mengklaim bahwa itu "enak" dan "unik" dan "turun seperti minyak."
Namun, tidak semua orang menggemarinya. Seseorang yang mencoba bir kuno itu menyimpulkan, "Rasanya seperti roti bakar."
Ragi dapat memberikan 500 rasa dan aroma yang berbeda untuk bir dan bisa bertahan sangat baik dari zaman ke zaman. Beberapa peneliti mengatakan orang Mesir kuno mulai membuat bir pada 5.500 SM.
Tapi pembuatannya berada di Mesopotamia, sekarang Asia Barat, di mana orang mungkin menggunakan sedotan untuk meminumnya.
Tim dari Universitas Yerusalem saat ini sedang dalam pembicaraan untuk mencari investor, yang mungkin tertarik untuk mengkomersilkan bir dengan daya tarik, dibuat dari zaman Filistin dan Firaun.