Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Memaafkan dapat membuat kondisi kesehatan mental lebih baik dan membantu mengelola stres. Tak dapat dipungkiri, memaafkan memang tidak selalu mudah, terutama ketika melibatkan sesuatu yang sangat berarti. Para ahli mengatakan memberi maaf memang sesuatu yang sulit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Psikolog dan profesor psikologi pendidikan di Universitas Wisconsin di Madison, Robert Enright, mengatakan memaafkan adalah langkah pertama untuk menjadi lebih baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Memaafkan adalah bersikap baik kepada mereka yang tidak baik kepada Anda,” katanya.
Enright menyatakan banyak orang menggunakan istilah memaafkan dan melupakan tetapi melupakan sebenarnya bukanlah bagian dari memaafkan. Misalnya, jika seseorang terus meminjam uang dan tidak pernah membayarnya kembali. Anda mungkin memaafkannya tetapi akan mengingatnya dan tidak akan meminjamkan apapun kepadanya di lain waktu.
Dengan memaafkan, Anda akan menjadi orang yang lebih baik dan tentu memiliki manfaat bagi kesehatan mental dan fisik. Profesor psikiatri klinis di Rumah Sakit Presbyterian Weill, Gail Saltz, mengatakan kemarahan kronis yang sering dialami ketika seseorang belum memaafkan adalah hal yang tidak sehat.
"Marah secara kronis bisa menimbulkan kecemasan bagi banyak orang dan itu bisa membuat depresi," jelasnya.
Seringkali kemarahan tingkat tinggi berubah menjadi obsesi dan dapat mengurangi kemampuan untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan produktif. Bahkan, Saltz mencatat orang-orang yang belum mempraktikkan memaafkan juga terkadang disibukkan dengan balas dendam yang tidak sehat.
“Kelebihan dari memaafkan berkaitan dengan perasaan bebas dan tidak dipenuhi dengan kebencian,” katanya.
Selain itu, Saltz juga menunjukkan kemarahan kronis dikaitkan dengan keadaan stres yang tinggi bisa meningkatkan tekanan darah atau menyebabkan gejala kronis. Melansir dari Everyday Health, ini lima tips memaafkan untuk menjadi lebih baik.
Mulai dengan fase mengungkap
Mulailah dengan memeriksa dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana kesalahan dapat membahayakan hidup. “Mulai memahami bagaimana insiden tertentu telah menggelapkan pandangan dunia Anda, pada akhirnya akan membantu memulai memaafkan,” kata Enright.
Pikirkan memaafkan sebagai sesuatu untuk diri sendiri
Seringkali orang memaafkan sebagai bentuk bantuan yang dilakukan untuk orang lain. "Pikirkan tentang bagaimana rasanya melepaskan dan beralih dari tetap marah dan semua cara mungkin merasa bebas jika Anda tidak marah sepanjang waktu," saran Saltz.
Buat perspektif baru
Membingkai ulang insiden dan berpikir dari perspektif baru sebagai manusia biasa, bukan sebagai orang jahat. Cobalah untuk melihat kesalahan dan ketidaksempurnaan pada orang yang menyakiti. "Lebih sering daripada tidak, mereka yang bertindak sangat tidak adil terhadap orang lain diperlakukan dengan sangat tidak adil,” jelas Enright.
Mengembangkan rasa empati dan kasih sayang serta mencoba untuk berdiri di posisi mereka dapat membantu memaafkan.
Lakukan sesuatu yang baik untuk orang yang menyakiti
Pada titik tertentu, Anda mungkin siap untuk membalas panggilan telepon orang yang menyakiti atau membicarakannya dengan ramah kepada anggota keluarga. Jika orang yang menyakiti sudah meninggal, Anda dapat menyumbangkan uang atas namanya ke badan amal. Bertindak dengan cara ini adalah cara yang hebat untuk memaafkan.
“Ketika memutuskan untuk berbuat baik kepada orang lain, Andalah yang diuntungkan,” kata Enright.
Memaafkan butuh waktu
Saltz mengatakan memaafkan merupakan sebuah proses yang tidak terjadi sekaligus. Bersabarlah dan baik pada diri sendiri dan yang terpenting jangan terburu-buru.