Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Kedelai Dianggap Meningkatkan Testosteron, Ilmuwan Berikan Fakta

Para peneliti berasumsi bahwa kedelai mampu memengaruhi jumlah testosteron.

9 Mei 2017 | 14.45 WIB

Ilustrasi kedelai. ANTARA/Rivan Awal Lingga
Perbesar
Ilustrasi kedelai. ANTARA/Rivan Awal Lingga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti berasumsi bahwa kedelai mampu memengaruhi jumlah testosteron. “Protein kedelai mengandung jumlah phytoestrogen isoflavonoids – senyawa mirip esterogen yang berasal dari tumbuhan terutama produk polong-polongan (kedelai) signifikan yang dapat menggantikan hormon estrogen.” jelas Jason Kovac, dokter ahli urologi dan kesuburan pria dari Indiana, Amerika Serikat.

Seiring dengan bertambahnya usia, kadar estrogen di dalam tubuh ikut menurun. Estrogen sendiri diperlukan untuk metabolisme kalsium yang dapat memelihara fungsi otak sekaligus menjaga tulang agar tidak mudah mengalami osteoporosis.

Kovac menggaris bawahi bahwa data analisis yang dia publikasikan pada 2010 lalu dalam Fertility and Sterility, didasarkan pada 32 ulasan yang masuk mengenai 15 pengobatan placebo-controlled (terapis medis membandingkan hasil penggunaan plasebo dengan vaksin atau obat normal).

Hasilnya menunjukkan bahwa isoflavonoids yang terkandung dalam kedelai tidak mempengaruhi jumlah testosteron laki-laki pada usia berapapun.

Kedelai merupakan sumber protein yang mengandung asam amino tinggi. Di dunia olahraga, protein kedelai dapat dengan mudah ditemukan, mulai dari smoothies – minuman berbahan dasar buah, sayur, susu, gula dan es batu yang memiliki tekstur lebih pekat dari jus, hingga biskuit.

Kovac kemudian bertanya langsung pada pasien yang memiliki tingkat testosterone di atas normal mengenai seberapa banyak kedelai yang mereka konsumsi. Estradiol – salah satu dari tiga hormon estrogen alami diproduksi dalam tubuh perempuan maupun laki-laki, dikonversikan dari testosteron dan lemak di dalam tubuh. Ada penjelasan mengenai tingginya tingkat estradiol seorang laki-laki yang memiliki tubuh gemuk.

"Seseorang yang memiliki kadar estrogen tinggi dan mengonsumsi kedelai dalam jumlah banyak seharusnya dapat menurukan tingkat estrogen itu sendiri, bukan meningkatkan. Kalaupun ada peningkatan, pasti tidak banyak” jelas Kovac.

Dalam penelitiannya, Kovac menentukan sebanyak 71 gram protein kedelai dan 20 hingga 900 miligram isoflavones yang harus dikonsumsi setiap hari selama 10 minggu oleh pasiennya, yang ternyata jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata orang Jepang mengonsumsi kedelai. Orang Jepang dewasa mengonsumsi 6 hingga 11 gram protein kedelai dan 25 hingga 50 miligram isoflavones dalam sehari.

Penelitian yang dilakukan oleh Kovac pun menggunakan tipe kedelai spesifik, seperti susu kedelai, tahu, bubur jagung kedelai, suplemen mengandung isoflavones dan kedelai yang diproses secara tradisional.

Tidak semua protein yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari kedelai. Namun, bagi Anda yang saat ini tengah menjalankan diet ketat dan ingin menjaga nutrisi agar tetap seimbang dapat mencoba menu protein kedelai baru berikut untuk membuktikan apakah kedelai benar memengaruhi jumlah testosteron Anda.

24 gram protein kedelai
1 gelas susu kedelai
3 ons tempe

26 gram protein kedelai
1 gelas yogurt kedelai
¼ tahu
½ gelas edamame – kacang kedelai

58 gram protein kedelai
1 sendok bubuk protein kedelai
1 bungkus biskuit kedelai

“Para lelaki tidak seharusnya merasa cemas dengan memasukkan kedelai dalam menu dietnya. Pilih kacang-kacangan lain yang juga mengandung kedelai, seperti lentils dan quinoa.” jelas Kovac.

“Tidak ada data yang menunjukkan jika kedelai berpengaruh pada pertumbuhan otot seseorang.” ujar Marie Spano, MS, RD, seorang pakar diet dari Atlanta Falcons.

Dengan kata lain, jika jumlah testosteron Anda rendah, mungkin yang salah bukan pola dan menu diet, termasuk diet protein kedelai yang Anda lakukan. Kunjungi urolog Anda untuk membahas isu tersebut sekaligus mengecek jumlah testosteron dalam tubuh Anda.

MEN’S JOURNAL | ESKANISA RAMADIANI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nunuy Nurhayati

Nunuy Nurhayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus