Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Khasiat Gizi dari Kesehatan sampai Politik, Cek Kata Ahlinya

Masyarakat seharusnya diingatkan bahwa masalah gizi bisa berdampak pada perekonomian suatu negara lima hingga sepuluh tahun yang akan datang

25 November 2017 | 12.34 WIB

Ilustrasi sarapan kue dan roti. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi sarapan kue dan roti. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Rektor Terpilih Institut Pertanian Bogor Arif Satria mengatakan banyak yang masih menganggap bahwa masalah gizi adalah hanya masalah kesehatan. “Padahal masalah gizi ini juga berarti masalah ekonomi,” katanya pada acara bertema Pedoman Makan dan Minum Sekali Saji untuk Gerakan Isi Piring Anak Sehat di Jakarta Jumat 24 November 2017.

Menurut Arif masyarakat seharusnya diingatkan bahwa masalah gizi bisa berdampak pada perekonomian suatu negara lima hingga sepuluh tahun yang akan datang. Bila gizi tidak diperhatikan sejak dini oleh para pemangku kebijakan, pihak swasta, dan semua pihak maka sumber daya manusia yang akan dihasilkan pun tidak akan bagus.

Gizi juga bisa masuk ranah politik. Dengan para politisi mengedepankan soal gizi maka keputusan politik yang akan diambil untuk hal gizi pun akan semakin baik. “Bila gizi diutamakan, maka sumber daya produktif juga yang akan dihasilkan untuk masa depan,” katanya.

Baca juga:
Asap Minyak Goreng, satu dari 3 Biang Kerok Penyebab Kanker Paru
Gantengnya Para Cucu Presiden, Apa Kiprah Mereka Sekarang?
Posting Acara Adat di Instagram, Kahiyang Ayu Mendapat Banyak Doa

Gizi di setiap kategori masyarakat pun berbeda. Selama ini yang cukup banyak dikampanyekan itu gizi untuk seribu hari kehidupan pertama. Hal lain yang juga perlu didorong adalah pemahaman gizi bagi anak-anak pendidikan anak usia dini. “Guru di tingkat Paud memiliki andil cukup besar dalam mengajarkan gizi di tingkat Paud,” kata Arif.

Guru paud, kata Arif, bisa mulai mengajarkan perilaku hidup bersih dengan mencuci tangan, hingga gizi seimbang anak. Di tingkat paud, guru juga bisa mulai mengingatkan pola hidup sehat dengan membagi isi piringku. Sebaiknya isi piring makan anak diisi kombinasi 50 persen buah dan sayur. 50 persen lainnya diisi makanan yang terdiri dari karbohidrat dan protein dengan pembagian sepertiga lauk dan dua pertiga karbohidrat.

Dengan guru paud menggalakkan makan gizi seimbang di sekolah, ia pun bisa mengedukasi para orang tua murid untuk mempersiapkan makanan dengan porsi kombinasi itu pada bekal anak-anaknya. Arif mengatakan guru paud perlu mendapatkan pengajaran untuk menguatkan pendidikan gizi di sekolah sehingga hal itu bisa ditularkan ke anak dan para orang tua murid sekaligus. "Guru Paud bertemu muridnya bisa 5 jam sehari sejak  pukul 7 hingga 12. itu waktu yang cukup lama," katanya.

Guru paud bisa memulainya dengan mengingatkan masalah sarapan. Menurut Arif, banyak masih siswa Indonesia yang tidak terbiasa sarapan. Alasannya karena orang tua tidak sempat menyiapkan sarapan lantaran bekerja, ada pula yang alasannya memang tidak ada makanan di rumah. “Padahal karena tidak sarapan, anak bisa lemas, dan mengantuk, serta tidak konsentrasi dalam belajar di kelas,” katanya. Dengan mengajarkan gizi sejak kecil, tepatnya usia 4-6 tahun, diharapkan hal itu bisa menjadi kebiasaan yang baik bagi anak-anak itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mitra Tarigan

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Diponegoro serta John Doherty Asia Pacific Journalism Internships Program di Melbourne, Australia, pada 2019. Saat ini fokus menulis isu kesehatan dan gaya hidup serta humaniora

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus