Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagaimana rasanya punya ayah yang narsisis. Pembawa acara dan desainer fashion Kristin Cavallari sudah merasakannya dan mantap untuk memutuskan hubungan dengannya dua tahun silam. Tepatkah keputusannya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya tak pernah menyadari ayah seorang narsisis sampai saya dewasa. Yang saya tahu saat tumbuh besar saya tak mau dekat-dekat dengannya. Dia selalu membuat saya merasa tak cukup baik," ujarnya, dikutip dari USA Today.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut pakar kesehatan mental, jika tumbuh dalam keluarga dengan orang tua narsis, Anda mungkin dituntut untuk memenuhi kemaunnya dengan peran tertentu, seperti anak emas, kambing hitam, atau penjaga perdamaian.
"Dalam sistem keluarga narsistik, setiap anak ada untuk kebutuhan orang tua narsis. Setiap anak berusaha mencari cara untuk memenuhi kebutuhan itu," kata psikolog dengan spesialis narsisis dan kekerasan narsistik, Ramani Durvasula.
Hasilnya, anak orang yang narsisis bisa menjalankan satu atau lebih peran. Meski perannya bervariasi, ada kesamaannya, mereka sulit menyesuaikan diri dengan kesulitan psikologis hidup dengan orang tua narsis, jelasnya. Menurut psikoterapis Chelsey Cole, orang narsisis ingin anak-anak bukan untuk bercermin tapi meneruskan sikap orang tuanya.
Anak emas dan kambing hitam
Dua peran khas yang diinginkan orang tua narsisis dari anak adalah anak emas dan kambing hitam. Anak emas selalu diperlakukan istimewa, bukan karena sayang tapi karena si anak mampu memberikan perhatian yang dibutuhkan orang tua. Durvasula menyebut anak tipe ini kemungkinan akan menjadi narsisis juga.
Sementara si kambing hitam akan selalu disalahkan jika ada yang tak beres, termasuk kesalahan orang tua. Durvasula mengatakan anak tipe ini kemungkinan akan mengalami masalah kesehatan mental, termasuk trauma kompleks, kecemasan, ragu-ragu, dan menyalahkan diri sendiri.
Para pakar itu sepakat cara untuk mengatasi masalah adalah dengan memutus kontak. Tapi bila hal itu tak mungkin dilakukan, setidaknya anak harus menetapkan batasan dan menjaga jarak. Tujuannya agar orang yang diajak bicara tak tertarik lagi berkomunikasi dengan Anda. Caranya antara lain dengan menghindari kontak mata, menjaga nada suara tetap datar, dan menjawab singkat hanya "Ya" dan "Tidak" atau "Aku tak tahu".
Pilihan Editor: Bisakah Mengubah Perilaku Orang Narsisis? Simak Pendapat Pakar