MESIN blender menderam di kamar. Maksum Yasin, 57, bukannya sedang santai menunggu es apokat yang kental manis. Tetapi dia memang sedang menunggu sari buah-buahan, termasuk sari hati sapi segar, yang harus diminumnya setiap jam guna melawan kanker yang berakar di tubuhnya. Pengobatan yang memakai bahan serba segar dan bernama metabolic therapy ini merupakan terminalnya yang terakhir dalam upayanya untuk mengatasi penderitaan yang mulai tercetus Juni tahun lalu. Memimpin tim tenis ke Universiade 1983 di Kanada, penggemar tenis ini waktu itu mulai merasakan sesuatu yang tak beres di punggungnya. Seandainya dia langsung berobat, soalnya barangkali akan lain. Sebab, sebagaimana para ahli mengakui, tambah cepat penyakit kanker diketahui, tambah besar kemungkinan penyembuhannya (lihat: box). Tapi, rupanya, setelah gejala tadi memuncak, dia baru berkonsultasi dengan dokter. Malang, dokter tidak langsung menemukan penyakitnya. Berdasarkan dugaan pengapuran di tulang punggungnya, dia menerima bestral 10 kali pada bulan September 1983. Lalu dia dikirim pula ke bagian fisioterapi. Kemudian sempat pula dibawa ke dokter saraf. Kendati begitu, Maksum semakin kurus. Kakinya tak bisa digerakkan dan susah buang air. Dengan pemeriksaan myelography, akhirnya diketahui bahwa cairan menyumbat di tulang belakang, dan di sana ditemukan benjolan. Sejak pertengahan Desember sampai 27 Januari 1984 dia menerima pengobatan dengan sinar sebanyak 25 kali. Hasilnya lumayan. Ia sudah dapat menggerakkan kakinya kembali. Tetapi menurut keterangan dokter, penyakit itu sudah menjalar ke mana-mana. Dengan persetujuan Maksun Yasin sendiri, Indra Sugiarto, 41, dokter yang kemudian merawatnya hingga kini, melaksanakan pengobatan yang sama sekali berbeda dari pengobatan yang biasa dilakukan dokter dalam menghadapi kanker. Indra, lulusan Universitas Trisakti yang seangkatan dengan pengarang Marga T. itu, menganjurkan Maksum meminum sari buah-buahan segar tiap jam, sejak pukul 8 pagi sampai pukul 7 malam. Maksum juga dianjurkan menelan sari hati sapi segar. Tiap hari Maksum menghabiskan 2 1/2 kg wortel, 1 1/2 kg tomat, 1 1/2 kg apel, 10 buah jeruk, 10 ikat bayam, dan 1,2 kg hati sapi. Tetapi di samping itu semua, Indra juga memberikan obat-obatan biasa. Antara lain thyroxine, yang berperan meningkatkan metabolisme tubuh. "Kalau tidak, nanti saya disangka terkun," ujar Indra Sugiarto, berrgurau. Terkun adalah julukan untuk menyindir dokter yang berpraktek ala dukun. Ada lagi yang dipraktekkan Indra yang bertempat tinggal di Jalan Sangaji, Jakarta itu. Dan ini adalah yang paling baru dikenal orang di sini. Ia berteori, bahwa sel-sel kanker yang mati dapat mengakibatkan keracunan, karena itu perlu dibersihkan dengan sistem awaracun (detoksikasi). Ini dia lakukan dengan memasukkan cairan kopi murni ke dalam usus melalui anus. Caranya, dcngan menggunakan peralatan yang dikenal sebagai enema bag, sejenis muk (tempat air) yang disambung dengan selang. Kopi - sebanyak dua sendok dan dicairkan dalam satu liter air - dituangkan ke dalam muk, dan melalui selang masuk lewat anus si pasien menuju usus. Dengan begitu, menurut Indra, larutan kopi lebih cepat diserap dibandingkan lewat mulut. Dan tidak mcnyebabkan jantung berdebar kencang dibandingkan kalau diminum. Ketika proses itu berlangsung, Maksum berada dalam posisi tengkurap sekitar 15 menit, dan muk berbelalai selang tadi diangkat sekitar 30 cm di atas tubuhnya. Maksum menjalani pembersihan macam itu, menurut Indra, tiap tiga sampai empat jam. Pengobatan itu sendiri sudah berlangsung sejak akhir Januari lalu. Tetapi bagaimana gambaran penyakitnya? "Sekarang saya menjadi tambah fit," katanya kepada Bambang Harymurti, wartawan TEMPO yang datang menjenguknya, pekan lalu. Selama sakit itu, Maksum kehilangan 15 kg dari beratnya semula, 70 kg, dengan tinggi 175 cm. "Mudah-mudahan sekarang bertambah," kata pensiunan kolonel itu. Melihat perkembangan pasiennya, Dokter Indra sendiri sudah merencanakan untuk mengganti cara pengobatan dengan sayur dan hati segar tadi dengan makanan padat. Sesuai dengan tahapannya, kalau sudah berjalan enam minggu boleh mulai berpindah ke makanan yang lebih keras. Dan pada tanggal 10 Maret ini, Indra akan membuat foto untuk mengetahui keadaan kanker sang pasien. Pengobatan dengan makanan serba segar dan cuci racun dengan kopi ini, sebagaimana diakui Indra Sugiarto yang juga senang makanan segar, bukanlah barang baru. Max Gerson, dokter Jerman yang berimigrasi ke AS, menjadi nabi aliran pengobatan ini. Dia memperkenalkannya awal tahun 1950-an. Mengutip Gerson, Indra menyebutkan bahwa pada tubuh selalu timbul sel abnormal yang merupakan hasil samping dari mytosis (pembelahan sel), yang dibutuhkan dalam pertumbuhan. Pada penyakit kanker, terjadi kekacauan mekanisme penghancuran sel abnormal ini. Metode metabolic therapy sebenarnya bukan untuk menghancurkan sel kanker, melainkan untuk memperbaiki metabolisme tubuh. "Dengan normalnya metabolisme tubuh, maka sel abnormal, umpamanya tumor, akan dihancurkan oleh tubuh itu sendiri," katanya. Menurut Indra, kebanyakan penyakit timbul karena orang tidak memperhatikan makanannya. Asal enak saja. Ia menuduh, makanan yang diproses merupakan sumber penyakit. Jadi, mengapa dia menggunakan makanan segar? "Makanan yang belum diproses, alias alamiah dan segar, mengandung banyak oksigen," jawab Indra. Sel kanker, menurut dia, bersifat anaerob, sedangkan sel sehat anaerob. Maksudnya, sel sehat membutuhkan oksigen, sedangkan sel kanker tidak. Jadi, makanan yang mengandung banyak oksigen akan membantu pertumbuhan sel sehat dan meredam pertumbuhan kanker. Inilah yang menjadi dasar pemikiran Indra mengapa pasien kanker hanya diperbolehkan makan buah-buahan dan sayuran segar. Sedangkan hati yang segar dalam bentuk juice, menurut Indra, perlu "agar regenerasi organ hati dipertinggi." Kata Indra, Max Gerson sendiri telah membuktikan bahwa pasien kanker yang sudah sekarat selalu menderita kerusakan organ hati yang parah. Indra menyebutkan, chemoterapy (penyembuhan dengan obat-obatan biasa) menghalangi keberhasilan pengobatan serba segar ini. "Soalnya, akibat pengobatan ini, metabolisme rusak parah," katanya. Dan dengan pengobatan lewat makanan serba segar itu, dia menyebutkan, 5 dari 10 penderita kanker sudah berhasil ditolong. Jadi, apakah dia menganggap bahwa cara pengobatannya Ini berhasil. "Belum," jawabnya. "Saya melaksanakan pengobatan ini baru setahun. Rekresinya mungkin sementara." Maksudnya, menciutnya kanker itu mungkin hanya sementara. Dia masih perlu menunggu. Yang jelas, katanya, untuk penyakit menua, misalnya darah tinggi, jantung, dan hati. metode pengobatan dengan diet keras ini menunjukkan hasil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini