Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tahun, saat bulan Ramadan tiba, aroma harum rempah-rempah dan santan mulai mengisi udara di sepanjang jalanan Kuala Lumpur, Malaysia. Itu adalah tanda bahwa bubur lambuk, hidangan ikonik Ramadan, telah kembali lagi untuk perayaan bulan suci bagi umat Islam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Legenda bubur lambuk dimulai pada pertengahan abad ke-20, ketika seorang imigran Pakistan bernama Said Benk membawa resep bubur nasi khasnya ke Masjid Jamek Kampung Baru. Meskipun sederhana, bubur lambuk yang dibuat oleh Benk, dengan rempah-rempah khas Asia Selatan segera menjadi favorit di antara jemaah masjid.
Simbol kebersamaan
Dengan rasa yang kaya dan kenangan yang menghangatkan, bubur lambuk segera menjadi suatu keharusan selama bulan Ramadan. Tidak hanya sekadar makanan, bubur lambuk telah menjadi simbol persatuan dan kebersamaan di antara komunitas muslim di Kuala Lumpur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekelompok orang sedang mengemas bubur lambuk ke dalam bungkusan plastik dari dalam kuali besar di Jalan Raja Alang, Kuala Lumpur, Sabtu (17/4/2021). Bubur lambuk merupakan takjil khas di Kuala Lumpur saat berbuka puasa. ANTARA Foto/Agus Setiawan
Tradisi pembuatan bubur lambuk tidak hanya berkembang di Masjid Jamek Kampung Baru, tetapi juga menyebar ke seluruh wilayah Malaysia dan Singapura. Setiap hari, selama bulan puasa, para juru masak di masjid-masjid dan komunitas Islam lainnya mempersiapkan bubur lambuk sebagai takjil dengan penuh cinta dan dedikasi.
Tetapi bubur lambuk tidak hanya tentang rasa yang lezat, itu juga tentang berbagi kebaikan dengan sesama. Di Masjid Kampung Baru, setelah salat Asar, bubur lambuk dibagikan secara gratis kepada warga masyarakat setempat. Inilah yang membuat tradisi ini begitu istimewa, karena ia tidak hanya menghidupkan rasa lapar, tetapi juga hati yang lapang.
Berkembang di Kampung Baru
Kampung Baru, dengan kekayaan budaya dan kuliner tradisionalnya, menjadi tempat yang sempurna untuk merayakan tradisi Ramadan ini. Dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit modern, Kampung Baru tetap mempertahankan keasliannya sebagai pusat kehidupan masyarakat Melayu di Kuala Lumpur.
Dengan setiap suapan bubur lambuk, orang tidak hanya menikmati rasa lezatnya, tetapi juga mengingat kenangan indah yang terkait dengan tradisi Ramadan. Bubur lambuk telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan bulan suci ini, merayakan persatuan, kebaikan, dan kenangan yang tak terlupakan di tengah-tengah kesibukan kota.
Sebagai simbol kebaikan dan persaudaraan, bubur lambuk mengingatkan merek akan pentingnya berbagi dengan sesama dan membangun ikatan yang kuat di antara komunitas kita. Dengan setiap tegukan, tradisi ini membawa mereka lebih dekat satu sama lain, memperkuat hubungan sosial dan kebersamaan yang menjadi landasan bagi masyarakat yang kuat dan bersatu.
PUTRI ANI | MASHED | ANTARA
Pilihan Editor: Malaysia Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan Asing di Asia Tenggara, Indonesia Peringkat Berapa?