Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Gabapentin, Obat untuk Epilepsi yang Sering Disalahgunakan

Gabapentin dapat mengontrol nyeri saraf tertentu dan gangguan kejang dan biasa diresepkan untuk epilepsi tapi sering disalahgunakan seperti opium.

4 Oktober 2024 | 14.00 WIB

ilustrasi overdosis obat (Pixabay.com)
Perbesar
ilustrasi overdosis obat (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Gabapentin adalah obat yang biasa diresepkan untuk epilepsi. Cara kerjanya dengan mengikat jenis saluran kalsium di sel-sel saraf untuk memodifikasi fungsi saraf, jelas Dr. Tom Lombardi, direktur medis neurosains di Intermountain Health di Salt Lake City, Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Gabapentin dapat mengontrol nyeri saraf tertentu dan gangguan kejang dengan cara membantu mengurangi transmisi di sistem saraf. Gabapentin biasanya diberikan dalam bentuk oral dan diminum 2-3 kali sehari, baik adalam bentuk pil atau sirup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Apa efek sampingnya?
Beberapa efek samping gabapentin adalah mengantuk, pusing, sakit kepala, mulut kering, berat badan naik, pembengkakan di tangan, kaki, atau engkel, nyeri punggung atau persendian, dan gejala mirip flu seperti mual, demam, dan badan nyeri, menurut Sekolah Kedokteran Harvard.

Efek samping lain yang jarang terjadi tapi serius adalah ruam, gatal, kulit kuning, wajah atau tenggorokan bengkak, sulit berbicara dan menelan, perubahan daya ingat, kepribadian, dan kemampuan berkonsentrasi.

Kegunaan gabapentin
Jika digunakan sesuai aturan, gabapentin punya banyak manfaat dan kegunaan. BPOM Amerika Serikat (FDA) menyetujui obat ini untuk mengontrol dan mengobati kejang dan mengurangi jenis nyeri saraf tertentu yang disebut post-herpetic neuralgia.

Sayangnya, gabapentin sering disalahgunakan. Meski diklaim tak bikin kecanduan, obat ini bisa menyebabkan orang "melayang" dan punya efek psikologis selayaknya opium. Penggunaan berlebihan atau overdosis bisa menyebabkan kematian. Tak jarang obat yang sudah diresepkan untuk pengobatan tertentu pun disalahgunakan. Demikian dilansir dari USA Today.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus