Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Epilepsi atau gangguan kejang adalah kondisi otak yang menyebabkan kejang berulang. Epilepsi bagi beberapa orang memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi. Sementara itu, bagi beberapa orang lain memiliki penyebab yang tidak dapat diidentifikasi. Kondisi ini dapat memengaruhi semua orang tidak mengenal jenis kelamin, ras, etnis, dan usia.
Mengacu mayoclinic.org, epilepsi didiagnosis, jika seseorang mengalami minimal dua kali kejang tanpa alasan selama 24 jam. Seseorang yang mengalami kejang tunggal tidak berarti menderita epilepsi. Kondisi ini dapat ditangani dengan mengonsumsi obat, operasi, atau perawatan seumur hidup.
Penyedia layanan kesehatan mengklasifikasikan epilepsi atau awam mengenalnya sebagai ayan berdasarkan jenis kejang. Kategori kejang didasarkan pada pengaruh dari otak, tingkat kesadaran, dan gerakan otot. Adapun, jenis-jenis epilepsi sebagai berikut, yaitu:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Kejang sadar onset fokus
Jenis epilepsi ini berarti seseorang terjaga dan sadar selama kejang atau kerap disebut kejang parsial sederhana. Gejala dari epilepsi jenis ini, di antaranya perubahan indra, perubahan emosi, gerakan otot tidak terkendali, dan memiliki sensasi kesemutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
2. Kejang gangguan kesadaran onset fokus
Jenis epilepsi ini menunjukkan bahwa seseorang bingung atau kehilangan kesadaran selama kejang. Jenis kejang ini kerap disebut kejang parsial kompleks. Biasanya, seseorang yang mengalami jenis epilepsi ini akan mengalami gejala tatapan mata kosong dan gerakan berulang (berkedip mata atau menggosok tangan).
3. Kejang ketidakhadiran
Kejang ketidakhadiran menyebabkan tatapan kosong atau kehilangan kesadaran secara singkat disertai gerakan otot kecil. Kejang ketidakhadiran lebih sering terjadi pada anak-anak yang hanya berlangsung selama beberapa detik (sekitar 10 detik). Biasanya, kondisi ini kerap disalahartikan sebagai melamun.
4. Kejang atonik
Menurut clevelandclinic.org, atonik berarti tanpa nada. Kejang atonik berarti kehilangan kontrol otot atau otot yang lemah selama kejang. Bagian tubuh seseorang akan terkulai atau jatuh selama kejang yang biasanya terjadi 15 detik.
5. Kejang tonik
Jika atonik tanpa nada, tonik berarti ada nada. Kejang tonik berarti tonus otot telah meningkat pesat. Akibatnya, sebagian atau seluruh tubuh akan tegang dan kaku sehingga membuat seseorang jatuh yang terjadi sekitar 20 detik.
6. Kejang klonik
Kejang klonik terjadi ketika kejang otot terus-menerus tersentak selama beberapa detik hingga satu menit. Jenis epilepsi ini juga bisa diartikan otot dalam tubuh yang menjadi kaku, lalu tersentak selama beberapa detik hingga dua menit.
7. Kejang tonik-klonik
Jenis kejang ini adalah kombinasi dari kekakuan dan sentakan otot berirama berulang. Kejang ini adalah apa yang kebanyakan orang pikirkan ketika mendengar kata “kejang.” Seseorang akan kehilangan kesadaran, jatuh ke tanah, dan kehilangan kontrol otot usus selama 1-5 menit. Bahkan, kejang ini membuat seseorang buang air besar atau buang air kecil.
8. Kejang mioklonik
Jenis epilepsi ini menyebabkan sentakan atau kedutan otot yang singkat. Biasanya, kejang ini hanya berlangsung beberapa detik.
Pilihan Editor: Lifter Angkat Besi Lisa Rumbewas Meninggal, Memiliki Riwayat Epilepsi, Apa Penyebabnya?