Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Tradisi makan kulfot asal Seram, Maluku, digelar satu tahun sekali saja, yakni di hari ketujuh setelah Lebaran.
Inilah kuliner yang hadir di kalangan masyarakat Negeri Kian Kecamatan Kiandarat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku bernama kulfot. Biasanya disantap usai solat hari raya tujuh di masjid. Mirip dengan ketupat yang hadir setiap Lebaran Ketupat.
Makanan legendaris ini masih melekat dan dilestarikan masyarakat kian hingga kini, tradisi makan kulfot ini sebagai bentuk rasa syukur bagi perempuan yang puasa selama tujuh hari untuk menggatikan bolong puasa selama bulan Ramadan.
Menurut tokoh agama di Negeri Kian, Zubair Boufakar, tradisi makan bersama di mesjid ini khusus untuk perempuan dalam membatalkan puasa, namun bagi laki-laki juga turut memeriahkan tradisi salat tujuh hari dan makan bersama di masjid.
Kulfot adalah makanan khas masyarakat Negeri Kian Kecamatan Kiandarat Kabupaten Seram Bagian Timur Maluku yang diabadikan satu tahun sekali tepat di tuju hari setelah Lebaran Idul Fitri biasanya masyarakat menyebutnya Lebaran kedua atau Hari Raya Tujuh. TEMPO/Idris Boufakar
"Setelah salat hari raya di pagi hari dilanjutkan dengan makan bersama untuk membatalkan puasa bagi perempuan dan laki-laki juga memeriahkan," kata dia Senin 9 Mei 2022.
Penambahan puasa selama tujuh hari itu wajib bagi perempuan usia lanjut dan untuk perempuan usia dini bisa disesuaikan tanpa paksaan. Tradisi ini turun temurun dari leluhur dan hingga kini masih melekat di masyarakat kian.
"Puasa tujuh hari ini dilakukan setiap tahun setelah bulan puasa selepas hari raya Idul Fitri, ini menjadi titipan leluhur yang harus dilestarikan" ujarnya.
Salah satu juru masak Tija Rumadaul dirinya menjelaskan Untuk cara masaknya kata dia pertama-tama bahan yang harus di siapkan adalah ampas sagu, kacang ijo, Jintang, gula merah, santang,kenari, gula pasis,
minyak goreng, dan dau pohon pinang.
Tahapan masaknya sebagai berikut:
Pertama sekali dituangkan santan dari 10 buah kelapah sampai mendidih dan ditambah ampas sagu kemudian diaduk sampai merata, ditambah lagi kacang ijo, gula pasir, kenari, kacang tanah,gulah merah, gula pasir, jintang kemudian diaduk sampai padat dan mendidih kemudian dibungkus dengan daun pohon pinang.
"Bahan-bahan yang suda siap kemudian dituangkan secara berurutan dan diaduk hingga mendidih dan dibukus dengan daun pinang" kata Tija.
Bungkusan paling terahir dengan pelepah pohon pinang sebelum di bungkus, pelepah ini terlebih dahulu dijemur sampai lembek agar mudah di bungkus ketika di asar.
Makanan ini dimasak dengan cara tradisional dibungkus dari daun pohon pinang dan pelepahnya menampung sekitas 30 bungkus dan diasar sampi masak.
Kulfot yang dibungkus dari daun pohon pinang itu dimasak selama 2 sampai 3 jam dan kuiliner ini menjadi makanan favorit masyarakat setempat.
"Kulfot ini dimasak menggunakan cara tradisional, dilapis dengan daun pohon pinang dan digabungkan 30 bungkus dalam pelepahnya kemudian dimasak," kata Tija.
Pantauan Tempo.Co Umat muslim menjalankan salat berjamaah di masjid Anasar Negeri Kian Kecamatan Kiandarat Kabupaten Seram Bagian Timur, selama kurang lebih 20 menit.
Tempo.co menyaksikan, suasana makan bersama di sudut Maluku ini, tergabung dalam perempuan dan laki-laki. Bagi perempuan membatalkan puasa dan laki-laki turut memeriahkan suasana Lebaran Tujuh.
IDRIS BOUFAKAR
Baca: Tiga Daerah di Maluku Tengah Melaksanakan Salat Id Hari Ini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini