Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Efek film horor menjadi perhatian seorang profesor komunikasi dari Universitas Purdue, Glenn Sparks. Disebutkan Sparks, ketika orang menonton gambar mengerikan, detak jantung mereka meningkat 15 denyut per menit. Telapak tangan mereka berkeringat, suhu tubuh turun beberapa derajat, otot tegang, dan terjadi lonjakan tekanan darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Otak belum benar-benar menyesuaikan diri dengan teknologi baru (film)," ujar Sparks menjelaskan. "Kita bisa mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa gambar di layar tidak nyata, tapi secara emosional otak kita bereaksi seolah-olah mereka 'masih' mengatur reaksi kita."
Baca juga: Paradoks Film Horor, Dampaknya Bisa Bertahun-tahun
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketika Sparks mempelajari efek fisik dari film kekerasan pada pria muda, dia melihat pola yang aneh: Semakin banyak rasa takut yang mereka rasakan, semakin mereka mengaku bisa menikmati film tersebut. Mengapa? Sparks percaya bahwa film-film menakutkan mungkin merupakan salah satu sisa terakhir dari ritus kesukuan.
"Ada motivasi laki-laki dalam sebuah budaya untuk menguasai situasi yang mengancam," kata Sparks. Ini kembali ke ritus inisiasi nenek moyang, di mana pintu masuk kedewasaan dikaitkan dengan kesulitan. "Kami telah kehilangan itu dalam masyarakat modern, dan kami mungkin telah menemukan cara untuk menggantinya dalam preferensi hiburan kami."
Dalam konteks ini, Sparks mengatakan emosi yang ada saat menonton film horor, semakin menjadi tantangan seorang pria muda untuk melampauinya, dan menganggap bahwa dia berhasil melewati tantangan tersebut. Emosinya sama seperti saat seseorang sukses menikmati roller coaster.
SUSAN