Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Istana Buckingham pada Senin, 5 Februari 2024, mengumumkan Raja Charles III didiagnosis kanker dan tengah menjalani pengobatan. Kabar tersebut muncul tak lama setelah ia menjalani perawatan pembesaran prostat sejak 17 Januari 2024. Jenis kankernya tidak diungkap namun pihak istana menyebut tak ada kaitan dengan perawatan prostatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Amerika Serikat, 299.010 kasus baru kanker prostat diperkirakan akan terjadi di 2024, menurut data dari American Cancer Society (ACS). Risiko bervariasi tergantung beberapa faktor, seperti usia, ras/etnis, dan riwayat keluarga. Meski kasus turun secara signifikan antara 2007 dan 2014, kasus baru naik lagi mulai 2014 dengan rata-rata kenaikan 3 persen setiap tahun, menurut ACS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit ini lebih umum dialami laki-laki berusia lebih tua, rata-rata 67 tahun. Empat mitos umum bisa membuat orang terlambat melakukan skrining atau perawatan, menurut Dr. Timothy Showalter, spesialis radiasi onkologi dan kepala staf medis di ArteraAI, California. Berikut penjelasannya kepada Fox News Digital.
Mitos 1: Skrining kanker prostat tak efektif
Metode skrining kanker prostat telah berubah dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa dokter tak menganjurkan lagi skrining dengan tes darah prostate-specific antigen (PSA) karena dinilai kurang akurat. Namun Showalter menyebutnya pilihan efektif untuk mengidentifikasi kanker pada stadium awal.
Mitos 2: Kanker prostat selalu ditandai gejala saat buang air kecil
"Kebanyakan kanker prostat tak selalu menyebabkan masalah kencing, seperti sering sering ke kamar mandi atau kebelet," jelas Showalter. Gejala buang air kecil justru lebih umum pada kondisi nonkanker seperti prostatitis.
Mitos 3: Kanker prostat harus segera mendapat perawatan
Showalter menyebut tergantung kasusnya. Kalau masih ringan tak perlu perawatan khusus kecuali kalau kanker sudah dalam stadium lanjut dan bersifat agresif alias menyebar ke organ-organ lain sehingga butuh kombinasi perawatan macam operasi, terapi radiasi, terapi hormon, dan/atau kemoterapi.
Mitos 4: Setelah operasi kanker prostat, kehidupan seksual pun berakhir
Showalter membantah mitos tersebut. Hubungan seksual bisa terus dilakukan setelah operasi kanker prostat.
Pilihan Editor: Tanda dan Gejala Pembesaran Prostat