Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Orang Tua Diminta Bantu Anak dengan Low Vision agar Percaya Diri

Kepercayaan diri anak dengan low vision dipengaruhi bagaimana orang tua mendukung dan merespons anak saat menghadapi tantangan.

14 Oktober 2024 | 20.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis mata di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, Karmelita Satari, menyebut pentingnya peran orang tua dalam membentuk kepercayaan diri anak yang mengalami keterbatasan penglihatan seperti low vision dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Menurutnya, kepercayaan diri anak dengan low vision yang perlu alat bantu melihat khusus dipengaruhi bagaimana orang tua mendukung dan merespons anak saat menghadapi tantangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Anak low vision biasanya mungkin lebih lambat mengerjakan sesuatu. Tapi kalau orang tuanya percaya dia bisa, dia akan menyediakan waktu untuk anak itu menyelesaikan sambil menguji anak itu bisa menyelesaikan dengan baik. Jadi kalau kepercayaan anak itu cukup tinggi, alat-alat modern yang ada akan bisa membantu," katanya dalam diskusi daring pada Senin, 14 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, kemauan anak untuk menggunakan alat bantu lihat juga didorong rasa percaya dirinya. Anak-anak cenderung enggan atau malu menggunakan alat bantu lihat karena dirundung atau disisihkan di sekolah. Karena itu, di samping peran orang tua, guru juga perlu meningkatkan kesadaran akan perhatian khusus kepada peserta didik yang mengalami gangguan penglihatan. Ia menyebutkan perhatian khusus itu penting diberikan, terutama selama proses belajar mengajar.

"Misalnya anak-anak itu boleh duduk paling depan atau harus selalu paling depan karena dia memang melihat dengan kacamata, tapi melihatnya tidak sebagus yang lain," ujar Karmelita.

Cegah perundungan
Selain itu, ia menyarankan guru bersama orang tua anak dengan low vision untuk memberikan penjelasan dan pengertian kepada teman-teman di kelas mengenai kondisi penglihatan yang dialami anak tersebut untuk mencegah perundungan terhadapnya.

Sebelumnya, Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Yudi Pramono, menyebutkan pemberian kacamata pada anak yang membutuhkan dapat mengurangi kegagalan belajar hingga 44 persen. Menurutnya, penanggulangan gangguan penglihatan mengedepankan upaya promotif dan preventif melalui pengendalian faktor risiko, skrining, atau deteksi dini gangguan penglihatan pada kelompok risiko serta penguatan akses masyarakat pada layanan kesehatan yang komprehensif.

"Hal ini juga tidak lepas dari upaya kuratif rehabilitatif yang menunjang keberhasilan program," jelasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus