Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Yayasan Syamsi Dhuha di Bandung menggaet mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung atau ITB untuk membuat aplikasi pencari barang yang sementara ini dinamakan Vision. Perangkat lunak itu sangat dibutuhkan bagi kalangan low vision atau berpenglihatan kurang untuk menemukan suatu barang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kadang benda yang kita butuhkan berpindah tempat atau jatuh kemana sampai susah ditemukan,” kata ketua yayasan itu, Dian Syarief kepada Tempo, Selasa, 19 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi low vision seperti Dian yang juga hidup dengan penyakit Lupus, urusan barang tidak ada di tempat biasanya bisa menjadi perkara yang sensitif. Alasannya karena mereka kerap meletakkan barang-barang sambil menghafal tempatnya. “Masalahnya ketika dipindah, kita tidak dengan mudah dapat menemukannya kembali,” ujar Dian.
Sejak 2016, yayasan berusaha memiliki aplikasi yang membantu low vision menemukan suatu barang. Yayasan meminta ke seorang dosen di ITB namun katanya sulit dibuat. Selanjutnya yayasan meminta seorang pemenang lomba untuk membuatkan, namun akhirnya menyerah. “Aplikasi itu belum pernah ada tapi ada yang membutuhkan,” kata Dian.
Sekarang, ada tim mahasiswa ITB angkatan 2018 yang berusaha mewujudkan aplikasi itu pada ponsel cerdas. “Timnya berlima orang jadi rada semangat dan susah-susah juga dibagi, lumayan bisa dikerjakan,” ujarnya.
Aplikasi Vision, kata Dian, diharapkan bisa menemukan benda-benda keseharian di rumah seperti kunci atau dompet. Tantangannya, aplikasi itu harus memuat banyak data bentuk barang untuk mengenali hingga menemukan benda yang dicari. Benda kunci misalnya, bisa berupa kunci kendaraan atau kunci rumah yang bentuk dan ukurannya beragam. “Mereka mulai dari 30 benda dulu karena ini baru pilot project,” kata Dian.
Sejauh ini, aplikasi yang sedang digarap belum mampu menunjukkan barang yang dicari. Mekanismenya, aplikasi itu baru bisa melaporkan barang-barang yang ada di dekat pengguna. Waktu ujicoba, masih muncul pertanyaan dari orang low vision. “Ada kunci, bolpoin, gelas, itu sebelah mananya,” ujar Dian.
Tim menjadikan Vision sebagai tugas akhir kuliah S1 mereka. Sambil membuat, mereka menggali kebutuhan dan keinginan dari beberapa low vision. Menurut Dian, harapannya dalam waktu dekat aplikasi pencari barang itu akan jadi karena tim juga mengejar target waktu kelulusan. Namun begitu, sejauh ini belum diketahui jelas bagaimana hasil akhirnya nanti.
ANWAR SISWADI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.