Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak penggambaran mengenai berbagai jenis pakaian. Namun gambaran mengenai pakaian tidur masih agak samar karena lebih merujuk pada hal pribadi seseorang sehingga jarang ada yang mengungkit ke ranah publik. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda, begitu pula cara tidur bahkan pakaian mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada orang yang ketika tidur tidak menggunakan pakaian. Ada pula tidur dengan pakaian yang habis dikenakannya untuk keluar rumah. Ada juga yang tidur hanya dengan pakaian dalam atau malah sengaja mengganti pakaian malam atau biasa disebut piyama untuk tidur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebenarnya dari mana asal usul piyama itu sendiri? Berikut akan kita ulas sejarah mengenai lahirnya piyama. Baca: Coco Chanel, Pendobrak Model Piyama untuk Perempuan
Piyama mulanya digunakan di Eropa sejak abad pertengahan dan terinspirasi dari gaya kostum Mesir, Romawi, Asia, dan India. Piyama awalnya hanya dibuat di rumah dan dengan hiasan sederhana. Namun setelah diperkenalkannya mesin jahit dan peluncuran pakaian siap pakai pada pertengahan hingga akhir abad ke-19, piyama menjadi lebih beragam, rumit, dan dengan hiasan mewah.
Hadirnya piyama dipengaruhi oleh kebutuhan seseorang untuk menjaga tubuh agar tetap hangat bagi yang tinggal di iklim yang dingin dengan pemanas ruangan yang terbatas, pandangan tentang moralitas, juga adat istiadat yang mempengaruhi relevansi piyama. Baca juga: Piyama Kece yang Dipakai Jung So Min di Drama Korea BTIMFL
Pada periode Victoria (1837-1901), muncul kritik dari para penjaga moralitas mengenai tren pakaian yang memperlihatkan atribut wanita karena mereka percaya bahwa bentuk tubuh perempuan harus dilenyapkan atau dengan kata lain ditutupi dengan lapisan pembungkus tujuannya untuk melindungi pikiran dari hunian atas karakteristik kopral.
Willett & Cunnington menjelaskan bahwa antara 1841 dan 1856, gagasan bahwa gaun malam harus dibuat menarik dengan hiasan renda ternyata tidak sesuai dengan asumsi para tetua yang memandang hal tersebut sebagai bentuk pemborosan dan tanda kebejatan moral para wanita muda. Gagasan tersebut ternyata malah bertentangan dengan prinsip kehati-hatian yang paling tinggi oleh wanita Inggris.
Piyama wanita awalnya sederhana, dipotong longgar dan dipangkas minimal. Willett & Cunnington (1992) mendeskripsikan mengenai piyama linen pada 1825 yang dipajang di Galeri Kostum Inggris di Platt Hall, sebagian dari bentuk piyama agak polos dan tidak terdapatnya kerah serta bagian lengan yang jatuh disatukan dalam manset kemudian diikat dengan tangan. Artikel terkait: David Cameron Kerap Kerja dengan Pakai Piyama
Dari pertengahan 1800-an dan seterusnya, piyama wanita akan berubah menjadi pakaian yang lebih rumit, menarik, banyak hiasan dan berwarna-warni. Perubahan penampilan piyama wanita antara tahun 1840 dan 1900 antara lain, garis leher dipotong dalam bentuk bulat, persegi atau bentuk V, stand-up atau cap seperti kerah, lengan yang tertutup rapat, bagian belakang yang sebagian atau seluruhnya terbuka diikat dengan pita atau kancing tangan.
Hiasan yang ditambahkan pada piyama seperti ruffles, lipatan, pita, renda, manik-manik, dan bordir. Penambahan bordir sering ditempatkan pada bagian leher, kerah, korset, lengan, dan rok. Sutra putih dan kain dicetak dalam desain kecil dari berbagai warna yang dibuat dengan piyama yang cantik, juga kain sutra merah muda dan biru lembutyang tersedia pada tahun 1877.