Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Neurologi RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono, Ratih Puspa menjelaskan bahwa sejumlah gaya hidup yang tidak sehat, seperti konsumsi rokok dan vape, serta begadang, dapat meningkatkan risiko demensia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam siaran "Cegah Demensia Pada Lansia!" oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Selasa 28 Mei 2024, Ratih mengatakan demensia membuat kemampuan kognitif alias kemampuan berpikir secara baik seseorang terganggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain kemampuan kognitif, kata Ratih, ada pula gangguan pada neuropsikiatri yang akan dialami penderita. Hal ini membuat penderitanya menjadi sering marah-marah, berhalusinasi, atau berjalan-jalan di tengah malam untuk berkegiatan. Dia menjelaskan umumnya hal itu ditemukan pada penderita demensia berat.
Ratih menuturkan demensia banyak ditemui pada orang lanjut usia, karena pada masa itu terjadi proses degeneratif tubuh lansia. Saat itu pula fungsi tubuh manusia menurun. Namun, terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia, contohnya stroke berulang.
Dia menjelaskan di Indonesia jenis demensia yang banyak ditemui adalah demensia vaskular, yang disebabkan oleh stroke. Hal tersebut, menurutnya, karena gaya hidup yang tidak sehat.
Adapun gaya hidup tidak sehat yang dimaksud adalah konsumsi rokok serta vape, dan terlalu sering begadang. Ia mengatakan saat begadang, proses alami dalam tubuh berubah, seperti metabolisme, zat-zat yang mengatur keseimbangan dalam tubuh, sehingga risiko terjadinya demensia meningkat.
Dia menilai apabila dilakukan sesekali untuk bekerja tidak apa-apa, namun jika terlalu sering maka berbahaya. Ia pun menganjurkan agar masyarakat mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat, seperti makan sayur-sayuran, buah-buahan, serta sering melakukan aktivitas fisik, contohnya senam lansia.
Ratih mengatakan senam lansia bukan hanya untuk lansia saja, namun bisa dilakukan oleh semua golongan usia, bahkan yang jarang berolahraga sekalipun, karena gerakannya yang mudah. Hal itu, katanya, dapat menjadi awal untuk berolahraga yang lebih intens atau untuk mencoba jenis olahraga lain seperti aerobik.
Adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan demensia, menurut dia, seperti trauma akibat kecelakaan dan terbentur hingga harus operasi, sehingga terdapat penurunan fungsi-fungsi otak. Selain itu, lanjutnya, masalah autoimun juga dapat menyebabkan demensia.
Dia menyebut penting untuk memeriksakan diri guna mengetahui risiko terkena demensia, terutama apabila memiliki faktor risiko penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah semisal penyakit jantung, hipertensi, yang diturunkan keluarga.
Pilihan Editor: 5 Cara Mengatasi Risiko Demensia