Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Campak sedang mewabah di Amerika Serikat dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat lebih dari 220 kasus per 7 Maret 2025. Sedangkan catatan pada 11 Maret terdapat 223 kasus yang teridentifikasi sejak akhir Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasus baru yang tercatat adalah warga Howard County, negara bagian Maryland, setelah bepergian lelalui Bandara Internasional Dulles di Washington D.C. Pejabat setempat menyatakan kasus ini tak ada kaitan dengan wabah di Texas dan mengingatkan orang yang bepergian untuk mewaspadai gejala campak jika melalui bandara yang sama sekitar waktu yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Campak sangat menular dan sangat mengancam orang yang tak pernah divaksin. "Kemungkinannya 90 persen tertular jika Anda tak pernah divaksin dan berada di ruangan yang sama dengan penderita campak yang ada di sana dua jam sebelumnya," jelas analis medis senior Fox News, Dr. Marc Siegel.
Bila bepergian dengan transportasi beruangan tertutup seperti pesawat terbang, paparan bisa lebih tinggi. "Campak jauh lebih menular dibandingkan COVID," ujar kepala staf medis WebMD, Dr. John Whyte, kepada Fox News Digital edisi 14 Maret 2025.
Menurutnya, satu penderita bisa menularkan campak kepada 10-15 orang. Banyak cara untuk melindungi diri dari infeksi ketika bepergian atau naik pesawat terbang, termasuk mewaspadai orang sekitar dan memakai masker di area ada kasus yang terdeteksi. Whyte juga mengimbau mencuci tangan setelah menyentuh permukaan yang banyak disentuh dan menjaga permukaan barang tetap bersih karena droplet dari orang yang sakit bisa menempel di permukaan tersebut.
Tanpa Gejala di Awal
Penderita campak juga sering tak bergejala di awal sampai empat hari setelah tertular sehingga kadang sulit mendeteksi dari mana penularan tersebut, kata Whyte. Ia mengatakan vaksin cacar, gondong, dan campak (MMR) sangat efektif meskipun sebagian orang menolak divaksin. Ia juga menyarankan tes darah yang mengukur antibodid terhadap campak, terutama yang baru bepergian ke negara lain di mana paparan mungkin lebih tinggi.
"Saran saya jika Anda melihat gejala campak di area sekitar dan khawatir apakah kekebalan Anda cukup baik atau tidak, periksakan ke dokter dan cek darah," saran Whyte. "Cara lain, praktekkan metode kebersihan yang baik, cuci tangan, pakai masker, waspadai sekitar, dan bersihkan permukaan."
Buat yang merasa kurang sehat, Whyte menganjurkan untuk tinggal di rumah saja agar tak menularkan pada orang lain. Gejala campak biasanya diawali batuk dan bersin, kemudian muncul ruam merah pada wajah dan tubuh beberapa hari kemudian. Ia mengingatkan campak bisa memicu komplikasi lebih serius, termasuk pembengkakan otak dan pneumonia, terutama pada lansia.
"Kabar baiknya, jika diimunisasi, Anda mungkin tak gampang tertular, bahkan bila berkontak langsung dengan pasien campak. Itulah kelebihan imunisasi," ungkap Whyte.