Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu menginstall aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Isman Jafar mengimbau orang tua tidak terlalu mengekang anak penderita alergi, khususnya makanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu malah kita jadi merusak hidup anak. Anak itu mau coba semua. Kalau ibunya punya pola pikir ‘Jangan, kamu kan alergi. Enggak boleh’. Jadi anaknya mau ini dikekang, mau itu enggak boleh,” ungkap konsultan alergi imunologi itu. “Padahal yang betul adalah sebelum ada bukti hitam di atas putih anak itu alergi, itu hanya prasangka saja. Mungkin betul, tapi jangan mengekang anak.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan alergi makanan akan meningkat tinggi di usia 1-2 tahun. Namun, itu tidak berarti ibu melarang anak mengonsumsi makanan tersebut selama-lamanya.
“Jadi kalau misalnya usia di atas 2 tahun itu akan semakin berkurang dan misalnya kalau sudah 6 sampai 7 tahun jangan dilarang juga. Kita biarkan saja anaknya makan makanan tersebut dengan harapan akan timbul toleransi,” saran Isman. “Toleransi ini adalah kebalikan dari alergi. Jadi zat yang tadinya tubuh anggap berbahaya, kita sudah mengenal zat tersebut sehingga lama-lama tubuh sudah akrab dengan zat tersebut. Jadi berteman, itu yang kita harapkan anak-anak akan bisa toleransi.”
Waspadai anafilaksis
Meski demikian, Isman juga mengingatkan bahaya apabila anak sudah mengalami reaksi anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi berat dan terjadi secara tiba-tiba setelah tubuh terpapar pemicu alergi.
“Tapi ada bahayanya juga. Ketika dikasih, misal timbul reaksi anafilaksis, menyerang beberapa anggota tubuh seperti jantung dan lain-lain. Itu risiko, jangan coba-coba. Tapi kalau belum ada bukti pasti, biasa saja, santai saja,” terangnya.
Sementara itu, psikolog anak dan pengajar parenting Irma Gustiana juga menyampaikan hal serupa. Dia mengimbau orang tua tidak memberikan label alergi terhadap anak-anaknya.
“Jangan kasih label. Misalnya, ngomong, ‘Kamu tuh alergian.’ Jangan begitu karena dia akan sugesti ke dirinya, ‘Aku alergian, aku lemah, aku beda.' Bisa dua yang terjadi, antara dia enggak pede atau bisa jadi sangat membuat itu menjadi alasan karena anak itu tricky. Dia bisa memanipulasi. Jadi, jangan labeling tapi dia tetap perlu tahu kondisinya,” katanya.
Pilihan Editor: Macam Alergi yang Perlu Dipahami Orang Tua